Sebuah sore nan cerah, aku sedang duduk menerawang, “Aku disini..”, desisku pelan. “Hei, jangan melamun saja Rie”, temanku memotong lamunanku. “Hahaha, biasa bos, masih belum percaya saja, kalau kita ada di sini”, reflek aku menjawab. “Yeah.. begitulah Rie, kita bukan anak ingusan lagi sekarang.hahaha”, tawa temanku tergelak. “Kuharap ini babak hidup kita ya De”, sambil melanjutkan lamunanku yang sempat tertunda.
Semarang,
sebuah kota yang mungkin tidak pernah terlintas di kepalaku sebelumnya, hei aku
hanya anak biasa, yang terbiasa di rumah, aku nyaman diam di rumah tidak
melakukan apa-apa dan..menghabiskan banyak waktuku dengan membaca dan menonton
TV ! !
Menyadari
bahwa pilihan yang aku ambil ternyata cukup gila, “Gila” dalam ukuranku
tentunya. Aku adalah anak pemalu, melihat keramaian saja sudah membuatku gusar.
Sekarang aku harus menjalani hidup dengan mandiri, kuliah di kota orang, yah
apapun itu walaupun tergolong dekat dengan rumahku sana. tetapi tetap
saja aku merasa “Terdampar”
Hari pertama
aku tinggal di tempat yang bernama “Kos”, teringat beberapa saat yang lalu
perutku mual di aduk-aduk “Travel”. Huft..benar-benar menyiksa, aku memang
mudah mabuk perjalanan. Untunglah perutku ini tidak sampai mengeluarkan isinya.
Panas..itulah kesanku pertama di sini, seperti di permukaan planet Mars, yang
merah merona. Ah..mungkin karena lagi musim kemarau, batinku. Pertama yang
kulakukan adalah merebahkan badan di kasur kosku yang kecil ini. hmmm..nyaman,
setelah melewati perjalanan yang melelahkan, kasur tipis ini pun terasa
menyenangkan. Barang-barang kubiarkan berserakan. Nanti saja, pikirku. Sejenak
aku pun terlelap.
Setelah bangun
seperti orang ling-lung. Dimana aku ? Ah ya..ini bukan rumah, diriku tersadar.
Sambil dengan langkah gontai menuju keluar. “De..” panggilku. “Cari makan yuk”.
Oh ya, aku belum memperkenalkan temanku ini, namanya Defa, temanku satu SMA
yang sama-sama kuliah di kota ini. “Makan apa ya?”, jawab De cepat. “Apa
sajalah yang penting kenyang”, setengah sadar kupakai celana panjang dan segera
kutarik De pergi “Aku sudah lapar”, De terpincang-pincang membetulkan celana
yang belum terpakai benar “Sabar Ri”, gerutu De
Pikiranku
kembali ke masa-masa awal ketika “Terdampar” di Kota ini, kota yang akan
memberikan sejuta kenangan manis yang tak akan pernah aku lupakan. “Sore yang
indah...”, seraya memandang kembali senja yang semakin temaram


0 komentar:
Post a Comment