Wednesday, May 1, 2013

Aku Datang - "Pelangi di Ujung Senja - RIE



Sebuah sore nan cerah, aku sedang duduk menerawang, “Aku disini..”, desisku pelan. “Hei, jangan melamun saja Rie”, temanku memotong lamunanku. “Hahaha, biasa bos, masih belum percaya saja, kalau kita ada di sini”, reflek aku menjawab. “Yeah.. begitulah Rie, kita bukan anak ingusan lagi sekarang.hahaha”, tawa temanku tergelak. “Kuharap ini babak hidup kita ya De”, sambil melanjutkan lamunanku yang sempat tertunda.
Semarang, sebuah kota yang mungkin tidak pernah terlintas di kepalaku sebelumnya, hei aku hanya anak biasa, yang terbiasa di rumah, aku nyaman diam di rumah tidak melakukan apa-apa dan..menghabiskan banyak waktuku dengan membaca dan menonton TV ! !
Menyadari bahwa pilihan yang aku ambil ternyata cukup gila, “Gila” dalam ukuranku tentunya. Aku adalah anak pemalu, melihat keramaian saja sudah membuatku gusar. Sekarang aku harus menjalani hidup dengan mandiri, kuliah di kota orang, yah apapun itu walaupun tergolong dekat dengan rumahku sana. tetapi tetap saja aku merasa “Terdampar”
Hari pertama aku tinggal di tempat yang bernama “Kos”, teringat beberapa saat yang lalu perutku mual di aduk-aduk “Travel”. Huft..benar-benar menyiksa, aku memang mudah mabuk perjalanan. Untunglah perutku ini tidak sampai mengeluarkan isinya. Panas..itulah kesanku pertama di sini, seperti di permukaan planet Mars, yang merah merona. Ah..mungkin karena lagi musim kemarau, batinku. Pertama yang kulakukan adalah merebahkan badan di kasur kosku yang kecil ini. hmmm..nyaman, setelah melewati perjalanan yang melelahkan, kasur tipis ini pun terasa menyenangkan. Barang-barang kubiarkan berserakan. Nanti saja, pikirku. Sejenak aku pun terlelap.
Setelah bangun seperti orang ling-lung. Dimana aku ? Ah ya..ini bukan rumah, diriku tersadar. Sambil dengan langkah gontai menuju keluar. “De..” panggilku. “Cari makan yuk”. Oh ya, aku belum memperkenalkan temanku ini, namanya Defa, temanku satu SMA yang sama-sama kuliah di kota ini. “Makan apa ya?”, jawab De cepat. “Apa sajalah yang penting kenyang”, setengah sadar kupakai celana panjang dan segera kutarik De pergi “Aku sudah lapar”, De terpincang-pincang membetulkan celana yang belum terpakai benar “Sabar Ri”, gerutu De
Pikiranku kembali ke masa-masa awal ketika “Terdampar” di Kota ini, kota yang akan memberikan sejuta kenangan manis yang tak akan pernah aku lupakan. “Sore yang indah...”, seraya memandang kembali senja yang semakin temaram

0 komentar:

Post a Comment

 
;