Kota Solo adalah
kota yang teristimewa di hati saya, selain tempat kelahiran, tempat masa kecil
dihabiskan dan tempat semua kenangan indah bermula (Ceilaah). Jika pulang ke
Solo maka waktu seminggu serasa sehari, always miss you Solo, my lovely
City.hehe. Baiklah saya akan mengulas sedikit tentang HIK (Hidangan Istimewa Kampung) atau kalau di Jogja dikenal dengan istilah angkringan.
HIK atau
Angkringan sudah booming bukan hanya di daerah asalnya Solo dan Jogja, ketika
saya merantau ke Jakarta angkringan pun sudah banyak tersebar. Dahulu ketika
saya masih kecil, HIK ini hanya berupa gerobak kayu, dan menjadi makanan paling
legend adalah “Sego Kucing” (Nasi Kucing) dimana nasi sekitar 3-4 suap, dengan
sambal dan sesuwir bandeng. Dengan porsi dan lauknya maka kita tidak akan
bertanya lagi kenapa dinamakan “Sego Kucing”.hehe. Untuk minuman ada kopi,
jahe, susu jahe maupun the. Tidak luput aneka macam makanan cemilan, seperti
gorengan, sate-satean seperti sate ayam, sate keong, kulit, kikil yang dijual
satuan. Dimana bisa kita ambil sesuai selera, jika ingin hangat bisa kita minta
untuk dibakarkan pakai kecap.
Seiring
bertambahnya waktu, HIK tidak lagi sesederhana itu. HIK tidak lagi identik
dengan kesederhanaan, tetapi sudah menjelma menjadi tempat nongkrong kalangan
bawah sampai atas, mau harga murah sampai mahal pun ada, tergantung tempatnya.
Modelnya pun bermacam-macam dari model vintage ala rumah joglo, lesehan pondok-pondok
kayu, sampai model mewah kaya istana pun ada.hahaha. Makanan juga jauh lebih
bervariasi, dengan tidak mengesampingkan pakem HIK konvensional, dengan
menambah menu-menu variasi yang kreatif. Mari kita mulai dari tempat angkringan
yang dekat rumah saya daerah Perumnas Dempo, Mojosongo, Solo. Check this out.
OMAH WEDANGAN
Terletak di
Jalan Jaya Wijaya, Mojosongo. Jika ada temen-temen berjalan dari timur ke barat
di sepanjang Jalan Jawa Wijaya maka tidak lebih 30 meter dari SDN Mojosongo 3
(SD gw.hehe). Letak HIK ini tepat di depan praktik Dokter Lukas dan pinggir
jalan utama sehingga mudah untuk ditemukan.
Dengan membawa
suasana yang didominasi pondok-pondok kayu baik yang kursi maupun lesehan
membuat tempat ini nyaman dikunjungi. Tempatnya luas sehingga bisa menampung
banyak pengunjung, kebanyakan adalah pengunjung adalah anak muda, wajar mengingat
banyak terdapat perguruan tinggi kesehatan disekitarnya.
Di bagian depan
angkringan ini sebenarnya ada beberapa kursi dengan meja (non lesehan), tetapi
jumlahnya tidak banyak, bisa dijadikan alternatif bagi yang tidak suka
lesehan. Tetapi bagi saya pribadi lebih mantab jika lesehan. Untuk parkir bisa
dibagian dalam maupun luar, jika dibagian luar luasannya hanya sedikit karena
dipinggir jalan besar. Tetapi jika parkir di dalam bisa cukup banyak tempat.
Tetapi hanya untuk parkir motor.
Untuk makanannya
cukup variatif (seabreg malah, saking
banyaknya) dan harganya pun cukup murah, makanan dari gorengan, aneka sate,
aneka nasi bungkus, untuk makan besar pun juga ada seperti mie godhood jowo
(mie rebus jawa), mie mawut (nasi goreng campur mie), nasi goreng dsb. Disini
makanan ambil sendiri atau pesan untuk makanan yang perlu persiapan, bayar,
dikasih nomor kursi. Tinggal tunggu makanan siap :D
Disamping dekat
dengan rumah (tinggal ngesot) dengan harga dan suasananya. Angkringan ini
menjadi angkringan favorit saya. Apalagi ketika malas pergi jauh tetapi masih
pengen nongkrong, tempat ini selalu menjadi pilihan pertama.
KONCO LAWAS
Masih
di dekat rumahku dan tidak jauh dari Omah wedangan, di jalan jayawijaya. Namun
lokasinya kita mundur ke arah Timur lagi, yaitu hanya beberapa meter dari SDN
Mojosongo 3 dan masih dalam 1 sisi jalan.
Ruangannya
cukup nyaman hanya tidak banyak, makanannya pun tidak terlalu variatif tetapi
untuk mie nyemeknya memang bikin ketagihan. Pada momen tertentu ada live music
yang dipertunjukkan disini. Untuk harga masih tergolong terjangkau.
Di angkringan
ini tidak ada lesehan, semuanya berupa meja dan kursi. Ada sebagian yang indoor
dan sebagian di area terbuka dengan payung yang besar. Suasana yang dibawa di
angkringan ini adalah modern dan terasa lebih ke “Café”
NDORO JENONG
Jika
ingin suasana Vintage, khas rumah-rumah solo zaman dahulu, maka ndoro jenong
bisa menjadi alternative pilihan. Di Jalan Sumpah Pemuda tidak jauh dari
Universitas Slamet Riyadi Solo, hanya beberapa meter ke sebelah timur, terdapat
angkringan yang menjual suasana yang unik, seunik namanya “Ndoro Jenong”. Ndoro
dalam bahasa berarti Tuan dan Jenong pasti kawan-kawan sudah tahu artinya yaitu
dahi yang luas. Jika digabung berarti Tuan yang Berdahi Luas. Hahaha.
Dengan mengusung
aroma vintage yang cukup kental, Ndoro Jenong bernuansa rumah-rumah solo zaman
dahulu, dengan pernak pernik yang unik, seperti Patung Semar, lampu jawa kuno,
miniatur-miniatur mini yang tersebar di sudut-sudut ruangan, dinding dan sekat
kayu yang memiliki ukiran, bahkan lilin yang tersaji di tengah meja menambah
suasana menjadi adem dan tenang.
Dari sisi
makanan menurut saya kurang bervariatif, masih banyak yang perlu dilengkapi
itemnya. Dengan bermodal suasana yang sudah bagus, jika memiliki item panganan
yang lebih lengkap, pelanggan bisa berbetah-betah di angkringan ini.
LAWANG DJOENDJING
Saya rasa,
inilah angkringan yang paling spektakuler dari sisi bangunan yang pernah saya
kunjungi. Hahaha. Kesan saya pertama adalah ini angkringan, apa istana :D. Jika
kawan-kawan memasuki kota Solo akan menemui banyak Baliho Lawang Djoendjing,
ya, memang pemiliknya adalah selain pengusaha angkringan juga sebagai pengusaha
Baliho. Letak angkringan ini ada di sebelah timur palang joglo, cara paling
gampang adalah mengikuti baliho-baliho yang terpampang di jalan.
Arti dari Lawang
Djoendjing adalah Pintu yang Miring, Pintu yang tidak seimbang antara kiri dan
kanan. Karena itulah pintu masuknya berupa gerbang dengan sisi pintu yang
miring, gerbangnya begitu besar, sehingga dijamin terpana pada kesan pertama.
Hahaha.
![]() |
| Source: media-cdn.tripadvisor.com |
![]() |
| Source: media-cdn.tripadvisor.com |
Bicara menu,
Lawang Djoendjing memiliki menu yang sangat lengkap, aneka cemilan dan nasi
kucing, serta aneka macam minuman. Yang patut dicoba, dan selalu mencari ini
kesini adalah Sate Kere, Dari arti bahasa nya arti Sate Kere adalah Sate
Miskin, karena salah satu itemnya menggunakan Tahu Gembus, yang bahannya
didapat dari sisa pengolahan tahu. Tapi ada item mewahnya juga seperti babat,
kikil dan jerohan lainnya (kolesterol warning.hehe). Yang bikin ketagihan
adalah saus satenya, yang terbuat dari sambel pecel, dijamin mantab.
Untuk area angkringan
ini sangat luas dan memiliki dua lantai, kebetulan saya memilih di lantai atas.
Ada yang tempat duduk dengan meja panjang menghadap ke jalan, meja untuk
kelompok kecil 4-5 orang atau bahkan meja untuk kelompok besar. Saya memilih
meja dan kursi dengan nuansa jawa zaman dulu. Dengan kursi anyaman bambu,
kembali kemasa saya kecil dulu, karena saya pernah memiliki kursi seperti itu.
Kawan-kawan bisa mencoba teh poci yang bisa diminum ramai-ramai, dengan gula
batu dan perangkat gelasa dan poci yang terbuat dari tanah liat menambah
Vintage suasana.
Untuk suasana
memang angkringan ini juara, tapi rekan-rekan perlu menyiapkan kocek yang
sedikit dalam untuk nongkrong disini. Harga masih dalam taraf wajar mengingat
suasana yang disajikan.
WEDANGAN PENDHOPO
Mari bergeser ke
arah kota, karena keempat angkringan di atas dekat dengan rumahku semua.hehe.
Wedangan pendopo walaupun berada di pusat kota tetapi lokasinya masuk ke gang
kecil, tapi jangan khawatir google maps siap membantu.hehe. Dengan membawa
suasana vintage yang kental dan rumah yang bernuansa jawa kuno, angkringan ini
membawa suasana homy, apalagi bagi saya yang asli jawa, jatuh cinta dengan
suasana dan ketenangannya.
![]() |
| Source: destinasian.co.id |
Dengan tema yang
sama dengan Ndoro Jenong, wedangan ini pun dipenuhi pernak pernik kuno, seperti
patung jawa, furniture kuno, bahkan motor jadul pun terpasang di ruang tamu
angkringan ini. Tidak luput foto-foto pelanggan yang pernah datang, bahkan kabarnya
pak jokowi pernah berkunjung ke wedangan ini.
Bisa dibilang
angkringan ini berupa rumah jawa yang kemudian disulap menjadi tempat
angkringan, selain ruang tamu, bagian samping dan belakang rumah juga
ditambahkan tempak duduk dan ruang-ruang tambahan. Uniknya bagian belakang ada
pondok yang terbuat dari kayu yang kita bisa lesehan di dalamnya bahkan ada
yang mesti kita naik tangga karena pondok tersebut dibagian atas, favorit buat
yang pacaran.hehe.
![]() |
| Source: destinasian.co.id |
Untuk makanan
bisa dibilang lengkap, aneka satenya lengkap, minumannya pun lengkap, yang
patut dicoba adalah “Sego Jangan Ndeso”, jangan diartikan nasi jangan desa ya. Hehe.
Dalam bahasa jawa “Jangan” adalah masakan/sayur, jadi sego jangan ndeso adalah
nasi sayur ndeso. Walaupun komponennya cukup simple yaitu nasi dengan tahu
tempe yang dimasak sedikit pedas, tapi simplenya itulah yang bikin dahsyat.
![]() |
| Source: soloraya.com |
























- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact