Friday, November 10, 2017 0 komentar

HIK (Hidangan Istimewa Kampung), Angkringannya Kota Solo

Kota Solo adalah kota yang teristimewa di hati saya, selain tempat kelahiran, tempat masa kecil dihabiskan dan tempat semua kenangan indah bermula (Ceilaah). Jika pulang ke Solo maka waktu seminggu serasa sehari, always miss you Solo, my lovely City.hehe. Baiklah saya akan mengulas sedikit tentang HIK (Hidangan Istimewa Kampung) atau kalau di  Jogja dikenal dengan istilah angkringan.
HIK atau Angkringan sudah booming bukan hanya di daerah asalnya Solo dan Jogja, ketika saya merantau ke Jakarta angkringan pun sudah banyak tersebar. Dahulu ketika saya masih kecil, HIK ini hanya berupa gerobak kayu, dan menjadi makanan paling legend adalah “Sego Kucing” (Nasi Kucing) dimana nasi sekitar 3-4 suap, dengan sambal dan sesuwir bandeng. Dengan porsi dan lauknya maka kita tidak akan bertanya lagi kenapa dinamakan “Sego Kucing”.hehe. Untuk minuman ada kopi, jahe, susu jahe maupun the. Tidak luput aneka macam makanan cemilan, seperti gorengan, sate-satean seperti sate ayam, sate keong, kulit, kikil yang dijual satuan. Dimana bisa kita ambil sesuai selera, jika ingin hangat bisa kita minta untuk dibakarkan pakai kecap.
Seiring bertambahnya waktu, HIK tidak lagi sesederhana itu. HIK tidak lagi identik dengan kesederhanaan, tetapi sudah menjelma menjadi tempat nongkrong kalangan bawah sampai atas, mau harga murah sampai mahal pun ada, tergantung tempatnya. Modelnya pun bermacam-macam dari model vintage ala rumah joglo, lesehan pondok-pondok kayu, sampai model mewah kaya istana pun ada.hahaha. Makanan juga jauh lebih bervariasi, dengan tidak mengesampingkan pakem HIK konvensional, dengan menambah menu-menu variasi yang kreatif. Mari kita mulai dari tempat angkringan yang dekat rumah saya daerah Perumnas Dempo, Mojosongo, Solo. Check this out.

OMAH WEDANGAN

Terletak di Jalan Jaya Wijaya, Mojosongo. Jika ada temen-temen berjalan dari timur ke barat di sepanjang Jalan Jawa Wijaya maka tidak lebih 30 meter dari SDN Mojosongo 3 (SD gw.hehe). Letak HIK ini tepat di depan praktik Dokter Lukas dan pinggir jalan utama sehingga mudah untuk ditemukan.


Dengan membawa suasana yang didominasi pondok-pondok kayu baik yang kursi maupun lesehan membuat tempat ini nyaman dikunjungi. Tempatnya luas sehingga bisa menampung banyak pengunjung, kebanyakan adalah pengunjung adalah anak muda, wajar mengingat banyak terdapat perguruan tinggi kesehatan disekitarnya.


Di bagian depan angkringan ini sebenarnya ada beberapa kursi dengan meja (non lesehan), tetapi jumlahnya tidak banyak, bisa dijadikan alternatif bagi yang tidak suka lesehan. Tetapi bagi saya pribadi lebih mantab jika lesehan. Untuk parkir bisa dibagian dalam maupun luar, jika dibagian luar luasannya hanya sedikit karena dipinggir jalan besar. Tetapi jika parkir di dalam bisa cukup banyak tempat. Tetapi hanya untuk parkir motor.


Untuk makanannya cukup variatif (seabreg malah, saking banyaknya) dan harganya pun cukup murah, makanan dari gorengan, aneka sate, aneka nasi bungkus, untuk makan besar pun juga ada seperti mie godhood jowo (mie rebus jawa), mie mawut (nasi goreng campur mie), nasi goreng dsb. Disini makanan ambil sendiri atau pesan untuk makanan yang perlu persiapan, bayar, dikasih nomor kursi. Tinggal tunggu makanan siap :D


Disamping dekat dengan rumah (tinggal ngesot) dengan harga dan suasananya. Angkringan ini menjadi angkringan favorit saya. Apalagi ketika malas pergi jauh tetapi masih pengen nongkrong, tempat ini selalu menjadi pilihan pertama.




KONCO LAWAS

                Masih di dekat rumahku dan tidak jauh dari Omah wedangan, di jalan jayawijaya. Namun lokasinya kita mundur ke arah Timur lagi, yaitu hanya beberapa meter dari SDN Mojosongo 3 dan masih dalam 1 sisi jalan.
                Ruangannya cukup nyaman hanya tidak banyak, makanannya pun tidak terlalu variatif tetapi untuk mie nyemeknya memang bikin ketagihan. Pada momen tertentu ada live music yang dipertunjukkan disini. Untuk harga masih tergolong terjangkau.


Di angkringan ini tidak ada lesehan, semuanya berupa meja dan kursi. Ada sebagian yang indoor dan sebagian di area terbuka dengan payung yang besar. Suasana yang dibawa di angkringan ini adalah modern dan terasa lebih ke “Café”



NDORO JENONG

                Jika ingin suasana Vintage, khas rumah-rumah solo zaman dahulu, maka ndoro jenong bisa menjadi alternative pilihan. Di Jalan Sumpah Pemuda tidak jauh dari Universitas Slamet Riyadi Solo, hanya beberapa meter ke sebelah timur, terdapat angkringan yang menjual suasana yang unik, seunik namanya “Ndoro Jenong”. Ndoro dalam bahasa berarti Tuan dan Jenong pasti kawan-kawan sudah tahu artinya yaitu dahi yang luas. Jika digabung berarti Tuan yang Berdahi Luas. Hahaha.


Dengan mengusung aroma vintage yang cukup kental, Ndoro Jenong bernuansa rumah-rumah solo zaman dahulu, dengan pernak pernik yang unik, seperti Patung Semar, lampu jawa kuno, miniatur-miniatur mini yang tersebar di sudut-sudut ruangan, dinding dan sekat kayu yang memiliki ukiran, bahkan lilin yang tersaji di tengah meja menambah suasana menjadi adem dan tenang.


Dari sisi makanan menurut saya kurang bervariatif, masih banyak yang perlu dilengkapi itemnya. Dengan bermodal suasana yang sudah bagus, jika memiliki item panganan yang lebih lengkap, pelanggan bisa berbetah-betah di angkringan ini.


LAWANG DJOENDJING

Saya rasa, inilah angkringan yang paling spektakuler dari sisi bangunan yang pernah saya kunjungi. Hahaha. Kesan saya pertama adalah ini angkringan, apa istana :D. Jika kawan-kawan memasuki kota Solo akan menemui banyak Baliho Lawang Djoendjing, ya, memang pemiliknya adalah selain pengusaha angkringan juga sebagai pengusaha Baliho. Letak angkringan ini ada di sebelah timur palang joglo, cara paling gampang adalah mengikuti baliho-baliho yang terpampang di jalan.

Source: media-cdn.tripadvisor.com
Arti dari Lawang Djoendjing adalah Pintu yang Miring, Pintu yang tidak seimbang antara kiri dan kanan. Karena itulah pintu masuknya berupa gerbang dengan sisi pintu yang miring, gerbangnya begitu besar, sehingga dijamin terpana pada kesan pertama. Hahaha.


Source: media-cdn.tripadvisor.com
Bicara menu, Lawang Djoendjing memiliki menu yang sangat lengkap, aneka cemilan dan nasi kucing, serta aneka macam minuman. Yang patut dicoba, dan selalu mencari ini kesini adalah Sate Kere, Dari arti bahasa nya arti Sate Kere adalah Sate Miskin, karena salah satu itemnya menggunakan Tahu Gembus, yang bahannya didapat dari sisa pengolahan tahu. Tapi ada item mewahnya juga seperti babat, kikil dan jerohan lainnya (kolesterol warning.hehe). Yang bikin ketagihan adalah saus satenya, yang terbuat dari sambel pecel, dijamin mantab.



Untuk area angkringan ini sangat luas dan memiliki dua lantai, kebetulan saya memilih di lantai atas. Ada yang tempat duduk dengan meja panjang menghadap ke jalan, meja untuk kelompok kecil 4-5 orang atau bahkan meja untuk kelompok besar. Saya memilih meja dan kursi dengan nuansa jawa zaman dulu. Dengan kursi anyaman bambu, kembali kemasa saya kecil dulu, karena saya pernah memiliki kursi seperti itu. Kawan-kawan bisa mencoba teh poci yang bisa diminum ramai-ramai, dengan gula batu dan perangkat gelasa dan poci yang terbuat dari tanah liat menambah Vintage suasana.


Untuk suasana memang angkringan ini juara, tapi rekan-rekan perlu menyiapkan kocek yang sedikit dalam untuk nongkrong disini. Harga masih dalam taraf wajar mengingat suasana yang disajikan.

WEDANGAN PENDHOPO

Mari bergeser ke arah kota, karena keempat angkringan di atas dekat dengan rumahku semua.hehe. Wedangan pendopo walaupun berada di pusat kota tetapi lokasinya masuk ke gang kecil, tapi jangan khawatir google maps siap membantu.hehe. Dengan membawa suasana vintage yang kental dan rumah yang bernuansa jawa kuno, angkringan ini membawa suasana homy, apalagi bagi saya yang asli jawa, jatuh cinta dengan suasana dan ketenangannya.
Source: destinasian.co.id
Dengan tema yang sama dengan Ndoro Jenong, wedangan ini pun dipenuhi pernak pernik kuno, seperti patung jawa, furniture kuno, bahkan motor jadul pun terpasang di ruang tamu angkringan ini. Tidak luput foto-foto pelanggan yang pernah datang, bahkan kabarnya pak jokowi pernah berkunjung ke wedangan ini.


Bisa dibilang angkringan ini berupa rumah jawa yang kemudian disulap menjadi tempat angkringan, selain ruang tamu, bagian samping dan belakang rumah juga ditambahkan tempak duduk dan ruang-ruang tambahan. Uniknya bagian belakang ada pondok yang terbuat dari kayu yang kita bisa lesehan di dalamnya bahkan ada yang mesti kita naik tangga karena pondok tersebut dibagian atas, favorit buat yang pacaran.hehe.

Source: destinasian.co.id
Untuk makanan bisa dibilang lengkap, aneka satenya lengkap, minumannya pun lengkap, yang patut dicoba adalah “Sego Jangan Ndeso”, jangan diartikan nasi jangan desa ya. Hehe. Dalam bahasa jawa “Jangan” adalah masakan/sayur, jadi sego jangan ndeso adalah nasi sayur ndeso. Walaupun komponennya cukup simple yaitu nasi dengan tahu tempe yang dimasak sedikit pedas, tapi simplenya itulah yang bikin dahsyat.

Source: soloraya.com

 
;