“Bulan tak
akan pernah sempurna, jika tidak ada senyummu yang menghiasinya”
Pagi buta aku susah payah menelan sarapan yang telah
disiapkan ibu,, bagaimana tidak ini baru jam 4 pagi dan aku harus sarapan. “Pokoknya
dihabiskan!”, jawab ibu tanpa tawar. Aku mau kembali ke Semarang. aku memilih
waktu selepas subuh karena jalanan tidak ramai sehingga waktu yang kutempuh
juga pendek. Dengan setengah mengantuk aku terus menelan.
Kudorong motor tua andalanku, Suzuki tahun 2000, yang
sudah terbeli sejak aku di Sekolah Menengah Pertama. Pasang slayer, penutup
hidung dan mulut, tak lupa kaos tangan, Fajar belum menyingsing sudah pasti
dingin. Kucium kedua tangan orang tuaku dan motor ku jalankan pelan setelah
mengucap salam.
Sepanjang perjalanan aku menikmatinya, jalanan masih
sepi, terkadang tergoda untuk memacu cepat tapi tak jarang aku memelan dan
menikmati pemandangan sekitar. Selepas dari kota Solo menuju Kartosuro kemudian
masuk ke Boyolali, walaupun Boyolali ada kota kecil tapi cukup asri dan bersih.
Di sisi perjalanan aku mulai melihat pagi yang menggeliat, terutama saat
melewati pasar, bisa dibilang masih pagi buta, tapi aktivitas sudah terlihat
riuh. Aku memasuki kota salatiga di jam berangkat anak sekolah, jalanan mulai
padat, orang lalu lalang, bus berhenti menurunkan dan memasukkan penumpang,
gerbang sekolah dikerumuni murid-murid tergesa, tak mau terlambat. Lepas dari
Salatiga, masuk ke Banaran, kebun kopi di kiri-kanan jalan, pertanda, Semarang
sudah dekat.
Setelah 3 jam berkendara dari Solo-Semarang, akhirnya
sampai juga di kos-kosan. Aku sampai di semarang hampir pukul 8, kusempatkan ke
Semarang di tengah liburanku panjang, Kartu Rencana Kuliah harus tetap terisi
dan tak luput pun, urusan rindu dengan Mei. Sehari saja sudah rindu berat tak
bertemu apalagi seminggu.Di parkiran kosan, kurasakan cahaya pagi yang
kekuningan menerpa wajahku. Aku bergumam “Pagi yang cerah, selalu menenangkan”.
Kemudian aku beringsut ke ruang tamu, untuk sekedar melepas lelah dan menyelonjorkan
kaki di depan televisi.
Ketika melepas penat sembari melihat berita olahraga,
tiba-tiba luke nyeletuk dari belakang “Eh Rie sudah balik?” Luke tiba-tiba
muncul, dengan wajahnya yang berantakan, habis bangun. “Eh udah mulai belum
liputan bola?” Yang dipikiran Luke cuma dua, berita bola dan tidur, Akh ini
anak memang malas sekali. Dia duduk berjongkok di sampingku, “Udah
penuh tu Luke!”, candaku. “Ini lagi seru nih liputannya Juve”, matanya tak
bergeming sedikitpun. Pikiranku kembali menerawang, hari ini, aku ingin bertemu
Mei, yah sekedar makan saja. entah siomay..batagor..cimol, entah apalah yang
penting bersama Mei, aku tersenyum sendiri seperti orang setengah gila.
Aku masuk ke kamar yang sudah 2 minggu tak ditempati.
Bau pengap mulai merasuk kuat, kubuka jendela dan kuletakkan tasku yang suupeer
berat, biasa, anak kos yang pulang selalu di isi full oleh ibunya, begitu juga
aku. Tas seberat itu paling banyak isinya adalah berbagai macam cemilan. Aku
kembali merebah, malas melepas segala perlengkapan yang masih terpasang,
tanganku sudah tak sabar, segera kuketik SMS di hape “Mei, sibukkah hari ini?”,
aku menunggu, dengan penuh harap.


0 komentar:
Post a Comment