“Hei, boleh kenal?“ jemariku mengetik cepat. “Boleh...” sahutnya. “mm..kuliah atau kerja?” speak-speak standart ketika awal chatting. Saat itu memang merebak chating. Yah buat seru-seruan saja. Aku bosan dan butuh teman mengobrol entah siapapun dia. Sudah banyak yang aku ajak chat dan yang nyambung bisa di hitung jari. Tapi yang satu ini berbeda.. seseorang ber-nick Kimie dan aku menggunakan nama Kazuo, aku memang suka nama-nama Jepang, begitu juga dengan dia. Ternyata kita bisa sangat nyambung, entah apapun yang kita obrolkan. Kami satu universitas, hanya saja dia fakultas sosial dan aku eksakta. Tahu sendiri seperti apa perbedaannya, walau kita belum pernah bertemu, aku bisa menduga dia pasti anak yang gaul, sedangkan aku? hanya seorang yang kuper dan cupu. Saat itu aku masa bodoh dengan semua itu, selama kita bisa saling share apa saja, lagian kita tidak tahu satu sama lain. Tetapi dari sinilah semua berawal, sebuah kisah cinta yang indah..tapi sayang kami ditakdirkan untuk tak bersama..
Sepulang
kuliah dengan rasa letih, kubuka lagi aplikasi chat ku, kucari nama Keimi di
daftar friend, “Ayoo, ol dong..” harapku.” Yess..! !, batinku berteriak.
Ternyata dia online, ”Hei kemana saja, aku cari kamu !!, spontan aku berondong
dia dengan kata-kata itu. “Benarkah kau mencariku, bukankah banyak yang lain”
candanya. “Tahukah engkau itu sangat berbeda..”, tapi aku hanya membatin. Pembicaraan
kami mengalir seperti air kami bicara apa saja dari tempat kuliah, kesukaan
hingga cara masak. Ah entah kenapa kita ini nyambung sekali. Aku sebelumnya tak
pernah berharap bertemu dengannya. Sudah cukup senang bagiku untuk bisa ngobrol
dengannya setiap hari. “Bagaimana kalau kita bertemu” kataku suatu hari. “Yakin
kita ketemuan? Aku jelek loh..hahaha” balasnya. “Aku tidak peduli, aku hanya
ingin tahu kamu, kita bisa menjadi teman sebenarnya bukan?” desakku. Walaupun
saat itu terlintas di kepalaku, "Ngeri juga anak sosial, jangan-jangan dia gaul
pakaiannya modis atau bahkan seksi tinggi semampai, itu justru lebih malah
masalah bagiku"
Dengan berbekal
motor tuaku aku ke kota. Padahal aku jarang ke kota. Saat itu tempat kuliahku
di pinggiran. Aku yang lebih suka diam di kos dan tak kemana-mana, akhirnya terpaksa
nekat hari itu. Walau dag-dig-dug namun sejuta rasa penasaran lebih kuat di hatiku, aku ingin tahu siapa Keimi
ini. Dia mengaku nama aslinya Mei tapi aku tak percaya begitu saja. Kita berjanji bertemu salah
satu mal besar di kota. Namun di pagi
itu kami sempat chat, dia bilang sedang tidak enak badan. Aku berinisiatif
menelfonnya “Halo,Mei..” ,aku sama sekali tidak mengucapkan salam,karena belum
tahu apakah dia seorang muslim sepertiku. ” Ya Rie..”, suaranya agak berat tapi
keibuan, ini pertama kalinya aku menelepon. Hatiku berdesir kencang. “Mei..kalau
misalnya kamu sakit pending dulu gapapa koq, biar kamu sembuh dulu” hatiku mengikhlaskan
segalanya, walau hati ini seolah rindu ingin bertemu. Perasaan yang aneh
padahal kita belum pernah bertemu. “Gapapa Rie aku sekalian beli mayonaise,
lagian aku sudah janji padamu kan buat traktir kamu nasi goreng, kita jadi bertemu
jadi bertemu jam satu ya Rie”, “Mmm..oke deh kalau begitu, aku siap-siap dulu, sampai
bertemu nanti”, perasaanku bercampur antara bahagia dan khawatir, khawatir
kalau dia memang sakit
Aku datang
lebih awal aku tak ingin mengecewakannya, aku duduk di R-mart duduk seperti
orang dungu, gelisah bukan main. HP SE ku berdering, Mei..saat kupandang layar
kecil di HP ku, “Ya Mei?”, ”Rie aku sudah ditempat, kamu dimana? tanyanya tanpa
basa-basi. “Aku di depan R-mart Mi, depan loket 28, kamu dimana? tanyaku.“Oke
kamu disitu aja jangan kemana mana ya” dia menutup hp-nya. Aku kembali menunggu
dengan gelisah, sebentar lagi aku tahu siapa Mei, desisku pada diri sendiri.
Setelah
menunggu hampir 3 menit dia menelpon lagi “Rie..kamu yang duduk di bangku bukan?
entah kenapa, spontan aku menoleh ke kiri. Kulihat gadis manis berkerudung,
berkulit putih, dan menggunakan rok panjang. Aku tercekat..cantik sekali. aku
sama sekali tak menduga dia secantik dan semanis itu..bahkan berkerudung,
benar-benar tipeku. Dia memiringkan kepalanya sambil melihatku seolah
memastikan, aku berjalan mendekat, “Mei?”, “Rie ya..” sahutnya ramah. Kita
bersalaman cepat, semoga dia tak merasakan dinginnya tanganku. “Namamu beneran
Mei? tanyaku. “Iyah Mei, sahutnya sambil tersenyum lucu, aku tahu dia
setengah berbohong. Tapi senyumnya itu..sungguh manis sekali, dengan kerudung
krem, rok panjang yang warnanya senada, dan jacket sweater. Duuh manis sekali,
hampir-hampir selalu salah tingkah aku dibuatnya. “Beneran pakai rok?”,
berusaha tertawa dan mencairkan suasana. Aku memang pernah bercanda dalam chat
apakah dia menggunakan celana atau rok, bahkan sempat bilang pakai rok mini
saja, mendengar rok mini aku bergidik. Setelah dia di depanku, lumer sudah
semua prasangka. “Yee, katanya suruh pakai Rok. Eh, kita beli mayonaise dulu ya
Rie". “Oke”, sahutku singkat. Aku masih membeku dengan gadis di sampingku ini,
ditambah kostumku yang seadanya jaket armi dan jeans butut milik ayah, sangat
kontras dengan kostumnya yang begitu anggun. Kuberanikan diri memulai
pembicaraan lagi, “Mayonaise untuk siapa Mei? Untuk diriku sendiri Rie, aku suka
mayo”, senyumnya mengembang diantara pipinya yang chubby, begitu menggemaskan, “
Ya Tuhan aku benar-benar tak menyangka, bertemu gadis semanis ini..”, hatiku
masih mencerna antara kenyataan dan mimpi.
Setelah dia
membayar. kami berjalan menuruni eskalator bersama, “Kamu manis..”, aku ingin mengatakan itu tapi
tercekat dan kata-kata itu tak keluar dari lidah. Otakku langsung berputar, oh
iya, dia kan lagi tidak enak badan, “Kamu gak papa kan Mei? katanya sakit?. “Gapapa
kok Rie, cuma kecapekan jadwal kuliahku padat”, memang kuperhatikan wajah gurat
lelah disana. Kemudian mengajakku ke sebuah warung nasi goreng. “Sini tempat
makan favoritku Rie, enak lho, dan banyak.hehe”, selorohnya sambil nyengir.
Setelah kami mengambil tempat duduk di depan, tak lama nasi goreng datang.
Sebenarnya nasi goreng itu begitu enak, hanya saja aku kesulitan untuk
menelannya, bagaimana tidak, dia duduk didepanku, kita berhadap-hadapan dan tak
jarang kita beradu pandang. Aku selalu kalah untuk hal yang satu ini. Aku
mengalah, hanya menunduk dan bersusah payah menelan. Sedangkan dia, senyum-senyum sendiri melihat tingkahku yang super aneh ini.
“Eh Rie”, dia
membuka obrolan lagi. “Semoga aku tidak diikuti temenku dia suka sok pengen
tahu, coba lihat seberang, ada orang gak? tanyanya. “Gak ada kok”, sahutku. “Syukurlah.hehe”,
aku masih belum mengerti saat itu, kalau memang diikutin, kurang kerjaan banget
tu orang, batinku. “Aku habis ini ada kuliah Rie, seperti yang kamu tahu aku
kuliah 2 tempat, satu ditempat kuliah kita ini dan satu lagi program D3 bahasa
inggris, makanya aku suka anget badan kalo kecapekan, tapi gimana lagi,nanggung
kalau bahasa inggris hanya kursus”, terangnya panjang lebar. Aku
manggut-manggut, lebih banyak mendengarkan. Kuat juga ini cewek, terbersit
kagum dihatiku, aku boro-boro, kuliah satu saja sudah setengah mati. Setelah
selesai makan kita memutuskan pulang dia benar-benar menepati janjinya untuk
mentraktir, walau aku inisiatif untuk membayar lebih dulu, tapi dia dengan cepat mencegah.
“Hei bukankah aku sudah berjanji”, dia berkata tegas, oke akhirnya aku
mengalah. Dia menuju motornya dan mengambil bingkisan. “Rie, ini ada roti,
untukmu saja, aku tahu penderitaan anak kos.hehe”, tak bosan-bosannya dia
mengejekku, huh seperti menang di atas angin bertemu cowok pemalu sepertiku. “
Oke Mei. thanks ya, hehe tau aja derita anak kos”, walaupun diejek aku sama sekali
tak merasa risih, kita biasa saling ejek di chat, tapi untuk kali ini memang
dia yang menang. Dunia nyata membuatku kelu untuk bisa banyak berkata di
depannya. “Iya Rie makan aja, takutnya gak ada yang makan dirumah, lagian aku
sudah kenyang”. “Duluan ya, assalamu’alaikum..”, “Wa’alaikumsalam..” akhirnya
kita bisa bertukar salam saat itu “Makasih banyak ya Mi”, ucapku sambil
tersenyum dan memandangnya sekilas. “Hati-hati..”,”Oke Rie, see you”
Aku pulang dengan perasaan buncah luar biasa.
Duduk di ruang tivi sambil ngobrol ke Marse,temen kosku. “Cantik sekali bos” kataku
antusias.” Ya udah lah lanjut aja”, teman satu ini memang sering kuajak
berbagi. “Iya semoga masih bisa bertemu lagi”, gumamku penuh harap. Setelah
itu aku menuju kamar dengan sejuta rasa gembira, kuperiksa HP, wah ternyata ada
sms dari dia. “Kamu cukup charming.. 90 lah..”. “hehe, kamu juga manis”,
jawabku jujur.”Kamu gak bilang berkerudung ,dasaar, btw, makasih banyak buat
hari ini ya Mei, rotinya..traktirannya...hehe, besok-besok gantian aku lo ya”,
sms langsung balik kukirim. Tak lama HP ku kembali berdenting, “Kaget ya.hehe. iya
sama-sama, santai aja, eh bagaimana kalau besok ketemu lagi, aku minggu depan
ke Gramedia, mau cari buku nih, temenin ya” Hatiku senang bukan kepalang tak menyangka akan
bertemu dengannya lagi. “Oke siaap, janji besok saling nunjukin KTP yah aku
belum tahu nama aslimuu, kamu curang udah tahu nama asliku.hahaha”.”Kita lihat
besok”, jawabnya usil


2 komentar:
asiiikkk \(^_^)/
Makasih Di.hehe. Doakan aku tekun menulis dan bisa menjadi novel. aamiin
Post a Comment