Wednesday, December 18, 2013 0 komentar

Book and Surprise “Sandwich” - Pelangi di Ujung Senja - RIE


“Hei sudah lama menunggu?Mei tiba-tiba mengagetkan lamunanku…”

Aku sengaja datang lebih awal, agar Mei tidak lama menunggu. Aku sengaja tampil beda, tapi..sepertinya sama saja keluh diriku. Aku tak punya baju lain paling itu-itu saja celana panjang pun hanya satu. Jadilah si bujang lapuk dengan baju lusuhnya. Aku duduk di tangga masuk toko buku. Sambil gelisah memandangi hape siapa tahu Mei ngasih informasi. Sesekali memandangi sekitar melihat orang lalu lalang. Ada yang bersenda gurau dengan teman-teman se-genknya. Ada pasangan mesra yang bergandengan ada yang sendirian sibuk memandangi hapenya. Ada keluarga lengkap dengan anaknya. Pikiranku pun ikut  melayang, kapan aku punya pasangan, kapan aku bisa berkeluarga seperti mereka. Apa Mei mau hidup bersamaku, pikiranku ngelantur tak karuan. Aku melamun… “Hei sudah lama menunggu? Mei tiba-tiba membuyarkan lamunanku..Hei ..gak koq,baru 15 menitan ” Maaf ya Rie tadi aku nunggu dosen, padahal tinggal ngumpulin aja” dan senyuman manisnya pun kembali terkembang, aku pun salah tingkah..lagi..garuk-garuk kepala walaupun itu samasekali tak gatal.
“Kamu mau cari buku apa Mei?”, aku langsung bertanya biar tak keliatan grogi. “Hmm pengen liat-liat aja sih Rie. Paling cari buku referensi, buat tugas paper, siapa tahu ada buku yang sesuai? Kalau kamu?” “Aku..Cuma nemenin kamu aja.hehe”, spontan rayuan gombal meluncur. “Uuu..dasar, ntar ada yang marah lo..”.”Eh siapa yang marah, ini juga sekali kalinya jalan sama cewek”, jawabku polos. “Yuk Rie kita masuk aja biar nanti kita bisa makan siang habis ini, aku kan suka laper kalau jamnya.hehe”. “Dasar..laperan juga dirimu. Iya yuk”, aku dan Mei bergegas
Hmm..kamu suka buku Mei?tanyaku sambil memegang buku sebentar kemudian taruh lagi, aku tak berkonsentrasi membaca karena mei seperti biasa. Mei terlalu manis untuk tak membuatku grogi. “Aku?aku baca sebentar juga udah ngantuk RIe”, Mei terbahak. “Aku orangnya ngantukan laperan, gimana dong”, jawabnya dengan wajah tanpa dosa.” Yee..sama kali.. aku pun ikut  tertawa. “Aku suka baca..baca komik tapi.hehe”. “ Itu bukan suka baca namanya.huu..” dengus Mei.
“Udah dapet bukunya Mei? “ .“Belum nih gak ada yang sesuai Rie, mungkin aku mau cari di Net aja, kamu gimana masih mau cari buku?”,mata Mei masih kesana kemari, melihat rak-rak buku yang begitu panjang. “ Gak Mei..”. “Eh Rie kita lihat di blog masakan yuk” mei langsung menyebrang ke rak sebelah.  “Kamu suka masak?” aku surprise.” Iya sedikit sih, suka nyoba-nyoba aja kalau ada yang baru”, Si mei terlihat sibuk melihat buku-buku resep. “Wah ini dari luar covernya bagus, tapi sayang masih disegel. Buka aja ah…”. “Eh mei jangan..!!”. ‘BREETTTT…!!’, terlambat, Mei sudah menyobek plastik buku itu.” Yah..untung ga ada petugas disekitar sini Meeii…”, Aku menghela nafas. “ Tenang aja kali Rie, aku celingak celinguk tadi”. “Issh dasar nakal juga ya kamu”, Aku pun tersenyum lega. “Tu kan Rie baguus ! !” dia nunjukin gambar masakan ke aku dan kemudian dia langsung baca lagi.” Yee mana.. aku kan belum sempet liat banyak”,protesku. “Bentar aku hafalin dulu Rie, gampang nih ternyata”. “Katanya ga suka baca…”sindirku, “Kecuali yang ini Rie,buku masak. Gampang nih, bikin ‘Nugget  Isi’ renyah diluar lembut di dalam. Hmmm…”,  Mei sok ngiklan. “Ah apa enaknya kalau aku gak dikasih, aku pura-pura cemberut.”.” Aku bikinin deh ntar..”. “Janji ya !”, sahutku cepat. “Hmmm…bisa ya bisa gak”, Goda mei. Kali ini aku benar-benar cemberut
“Rie, makan yu,  laper...”,wajah Mei kelaparan seolah udah mau makan orang. “ Ayuk..mau dimana Mei?”. “Di food court aja ya”, Aku pun ikut  aja. Maklum biasa nongkrong di warteg, sekarang di ‘food court’. Istilah ‘food court’ aja baru denger sekarang. Rie..rie.. cupu sekali sih dirimu. Ratapku sendiri. “Nah disini aja Rie, dipinggir aja. Jangan yang tengah-tengah, rame. “Oke Rie, aku beli minum dulu ya”. “Eits jangan Mei, aku aja..”, terlambat sudah. Mei sudah ngeloyor pergi, sebagai lelaki harga diriku tercabik. Tapi insting  anak kos ku bilang. “Rie..inget isi dompetmu tinggal berapa”. Akhirnya pun aku mengalah. “Nih.. Rie jangan khawatir Cuma minum aja koq. Untuk makannya.. “, Mei merogoh tasnya. “Ini…aku bikinkan sandwich untukmu Rie”, Mei mengeluarkan kotak bekal berisi penuh sandwich. “Untukku??”, aku kaget. “Iyaa..makanya aku malu kalau di tengah ntar kelihatan paling gak dipinggir kan aman”. Mei meringis. “Makasih banyak Mei…”. “Iya sama-sama kan kemarin kita beli mayo tuh, nah ini jadinya Rie, kasih daging asap..mayo.. salada…Woilaa ! ! jadi deh. Simple koq Rie”. “Iya.. walau simple juga, aku terharu nih…”, pasang wajah terharu. Sebenernya aku beneran terharu sih, dibikinin makanan..sama cewek oh my God,..betul-betul merasa jadi cowok yang paling beruntung di dunia..”Ayo RIe jangan malu-malu. Dimakan…aku pun menggigit sandwich dengan gigitan yang cukup besar”. “Gimana Rie enak gak? Belum selesai ku telan Mei sudah bertanya. “Kwenak Khelali Me…”, ngomongku belepotan karena penuh sandwich. “Hahaha, tawa Mei meledak. Kamu lucu…”. Aku setengah mati menelan, aku buru-buru minum takut tersedak. “Kamu sih..tanya sebelum aku selesai makan. Tapi enak beneran koq Mei”, jawabku tulus. “Apalagi yang bikin kamu..”, tapi aku hanya sanggup mengatakannya dalam hati. “Kamu ga makan Mei?”. “Makan lah Rie aku kan juga laper..”, Mei langsung melahap sandwichnya. “Syukurlah kamu suka Rie, besok aku bawain lagi yang lain, kalau kamu beruntung.hehe”, canda Mei.

“Eh sebentar Mei, kamu bilang kamu mau ngenet kan? Nih aku tadi dari kampus langsung ke sini, jadi bawa laptop”. “Waah, kamu bawa lepi”, Mei terlihat girang. “Ha Lepi?” Tanyaku bloon.” Iya Lepi Rie, nama gaul buat laptop” Mei terkekeh.” Boleh-boleh. Iya nih pakai aja”, aku langsung mengangsurkan laptop ku pada Mei. Kebetulan yang mengasyikkan,mumpung disini ada hotspot kan? Mei langsung menyalakan laptopku, selang sebentar tangannya lincah mengetik tuts keyboard. Sesekali dia minum dan memakan sandwichnya aku pun hanya bisa mencuri-curi pandang. Tuhan…kenapa semakin manis saja ini anak..apalagi kalau lagi serius. Lagi asyik melihat tiba-tiba dia melihatku. Aku tergagap dan segera memandang ke arah lain. “Liat apa Rie”, Mei tersenyum. “Ah ga..kamu kayanya serius banget.. “iya nih lumayan dapet banyak tapi aku ambil yang perlu-perlu aja. Makasih banyak ya Rie”, Lagi..senyum manis yang terkembang. Aku pun hanya tertunduk dan manggut-manggut . Hari itu aku merasa sangat bahagia..ke toko buku, makan sandwich “special” dan..dengan wanita yang sangat special…
Saturday, December 14, 2013 0 komentar

Love Beach ! Much ! - "Pelangi di Ujung Senja" - RIE


Debur ombak semakin terdengar keras, angin berhembus kuat, rambutku pun bergerak-gerak, seperti iklan sampo, si Mei tertawa cekikikan, “Kenapa Mei? aku sibuk menyibakkan rambut, “Kamu ganjen benerin rambut mulu”. “Ye namanya juga rambutku lemes..gerak-gerak terus jadinya.sembari kupandang si Mei sekilas, aku tidak berani memandangnya terlalu lama. Kulihat Mei duduk sambil mendekap kakinya, melepas pandangan jauh ke laut luas. Matanya nanar entah apa yang sedang dipikirkannya.
Tiba-tiba dia menjulurkan kakinya lurus “Eh Rie, kakiku besar lho, tuh lihat”, selorohnya tanpa canggung, padahal kaya gitu adalah hal yang tabu bagi cewek. “Iya ya besar, punyaku juga”. Aku tak mau kalah menjulurkan kaki. “Aku waktu smp aja udah 40 kakiku” “Sama Rie kakiku 40 sekarang, susah cari sepatu cewek yang pas” sembari dia goyang-goyangkan kedua kakinya. “Tapi aku sekarang 41 Mei naik 1.hehe” ‘Kita foto aja gimana? Kaki dua orang aneh !” “Boleh !” sahutnya antusias, jadilah foto kedua kaki kami itu. Mei cekikikan, “Aku pasang di Net ah” “Hei..hei, kalau jadi gossip gimana?” Aku pura-pura panik. “Biarin” mei masih terlihat sibuk dengan handphone-nya
Senja semakin redup, matahari semakin turun mendekati khatulistiwa. Cahaya kuning yang lembut memanjakan mata kami. “Bagus ya Mei..” “Iya, bagus.. sunset selalu bagus Rie, apalagi ditambah dihamparan lautan sperti ini, begitu sempurna” Mei sependapat. “Eh mei spertinya sudah waktunya pulang”, aku melongok jam tangan ku yang sudah menunjuk setengah 6, “Aku gak mau kamu kemalaman” Mei seperti malas beranjak, “Udah PW nih Rie” “Ayolah..nanti kamu dicariin ortumu..”, aku mendesak. Aku tahu Mei tipe anak rumahan, dia tak boleh keluar malam dan dan ini sudah mendekati malam ! apa dia akan “berubah” jika malam, pikirku ngaco. Dia memang tinggal bersama ortunya, tidak seperti aku yang kos, bisa terserah pulang jam berapa aja. Muka Mei manyun, “Oke deh”, dia beranjak malas-malasan. Ingin kurengkuh tangannya dan mengajaknya bangun. Tapi siapa aku batinku.
Aku sudah sampai duluan di sepeda motor dia masih terpaku dengan matahari yang mulai tenggelam. Dengan tatapannya yang sama, nanar dan menembus jauh ke horizon. “Mei..”, panggilku pelan, aku tak ingin memanggil paksa, iya Rie yuk pulang, sahutnya sambil tersenyum manis, dia berlari lari kecil ke arahku. Ingin ku peluk dia saat lari ke arahku. Ups pikiran aneh lagi muncul, Mei manis sekali, walau kadang aku melihat gurat wajah lelahnya. Tapi aku merasakan kenyamanan disampingnya, seperti saat ini dia duduk berboncengan naik sepeda motor, sudah sangat membuat hatiku membumbung. Bagaimana tidak, aku tak pernah berkencan seperti ini sebelumnya !Dia begitu meperhatikan apa yang aku katakan, begitu juga sebaliknya, aku memperhatikan apa yang dia katakan. Karena kami..saling tertarik begitulah adanya, pembicaraan kami mengalir seperti air.
“Nah, sekarang sudah sampai di parkiran”, kataku. Meman kita sebelumnya janjian di kampus Mei, jadi aku antar dia kembali kesana, “Eh sudah sampai ya, cepet sekali. Aku masih pengen maen Rie”, Mei merajuk. Sungguh tak biasa dia memang wanita yang mandiri tapi di depanku seolah sisi manjanya keluar semua. “Sebentar lagi maghrib Mei..”, sambil kuberi senyum manis yang sedikit aku paksakan. “Iya ya.hehe. dia meringis. “Sampai ketemu lagi ya.., Aku mau nunjukin semua ke kamu, biar kamu gak kuper” “Wuu, iya iya yang gaul…nanti kita sambung lagi ntar kasih tahu aja mau kemana lagi”, sahutku semangat. “Silahkan duluan Mei”, kali ini dengan senyum yang tak kupaksakan. “Iya Rie..”, dia membalas dengan senyum gigi kelincinya. “Assalamu’alaikum..”, “Wa’alaikumsalam…” senja semakin gelap, aku pulang dengan sejuta perasaan yang berkelebat. Senang..of course. Sedih ! kenapa cepet banget sih and..bingung, apa Mei punya perasaan yang sama..masih sibuk dengan pikiran di tengah kepadatan kota. Entahlah…
 
;