Wednesday, December 18, 2013 0 komentar

Book and Surprise “Sandwich” - Pelangi di Ujung Senja - RIE


“Hei sudah lama menunggu?Mei tiba-tiba mengagetkan lamunanku…”

Aku sengaja datang lebih awal, agar Mei tidak lama menunggu. Aku sengaja tampil beda, tapi..sepertinya sama saja keluh diriku. Aku tak punya baju lain paling itu-itu saja celana panjang pun hanya satu. Jadilah si bujang lapuk dengan baju lusuhnya. Aku duduk di tangga masuk toko buku. Sambil gelisah memandangi hape siapa tahu Mei ngasih informasi. Sesekali memandangi sekitar melihat orang lalu lalang. Ada yang bersenda gurau dengan teman-teman se-genknya. Ada pasangan mesra yang bergandengan ada yang sendirian sibuk memandangi hapenya. Ada keluarga lengkap dengan anaknya. Pikiranku pun ikut  melayang, kapan aku punya pasangan, kapan aku bisa berkeluarga seperti mereka. Apa Mei mau hidup bersamaku, pikiranku ngelantur tak karuan. Aku melamun… “Hei sudah lama menunggu? Mei tiba-tiba membuyarkan lamunanku..Hei ..gak koq,baru 15 menitan ” Maaf ya Rie tadi aku nunggu dosen, padahal tinggal ngumpulin aja” dan senyuman manisnya pun kembali terkembang, aku pun salah tingkah..lagi..garuk-garuk kepala walaupun itu samasekali tak gatal.
“Kamu mau cari buku apa Mei?”, aku langsung bertanya biar tak keliatan grogi. “Hmm pengen liat-liat aja sih Rie. Paling cari buku referensi, buat tugas paper, siapa tahu ada buku yang sesuai? Kalau kamu?” “Aku..Cuma nemenin kamu aja.hehe”, spontan rayuan gombal meluncur. “Uuu..dasar, ntar ada yang marah lo..”.”Eh siapa yang marah, ini juga sekali kalinya jalan sama cewek”, jawabku polos. “Yuk Rie kita masuk aja biar nanti kita bisa makan siang habis ini, aku kan suka laper kalau jamnya.hehe”. “Dasar..laperan juga dirimu. Iya yuk”, aku dan Mei bergegas
Hmm..kamu suka buku Mei?tanyaku sambil memegang buku sebentar kemudian taruh lagi, aku tak berkonsentrasi membaca karena mei seperti biasa. Mei terlalu manis untuk tak membuatku grogi. “Aku?aku baca sebentar juga udah ngantuk RIe”, Mei terbahak. “Aku orangnya ngantukan laperan, gimana dong”, jawabnya dengan wajah tanpa dosa.” Yee..sama kali.. aku pun ikut  tertawa. “Aku suka baca..baca komik tapi.hehe”. “ Itu bukan suka baca namanya.huu..” dengus Mei.
“Udah dapet bukunya Mei? “ .“Belum nih gak ada yang sesuai Rie, mungkin aku mau cari di Net aja, kamu gimana masih mau cari buku?”,mata Mei masih kesana kemari, melihat rak-rak buku yang begitu panjang. “ Gak Mei..”. “Eh Rie kita lihat di blog masakan yuk” mei langsung menyebrang ke rak sebelah.  “Kamu suka masak?” aku surprise.” Iya sedikit sih, suka nyoba-nyoba aja kalau ada yang baru”, Si mei terlihat sibuk melihat buku-buku resep. “Wah ini dari luar covernya bagus, tapi sayang masih disegel. Buka aja ah…”. “Eh mei jangan..!!”. ‘BREETTTT…!!’, terlambat, Mei sudah menyobek plastik buku itu.” Yah..untung ga ada petugas disekitar sini Meeii…”, Aku menghela nafas. “ Tenang aja kali Rie, aku celingak celinguk tadi”. “Issh dasar nakal juga ya kamu”, Aku pun tersenyum lega. “Tu kan Rie baguus ! !” dia nunjukin gambar masakan ke aku dan kemudian dia langsung baca lagi.” Yee mana.. aku kan belum sempet liat banyak”,protesku. “Bentar aku hafalin dulu Rie, gampang nih ternyata”. “Katanya ga suka baca…”sindirku, “Kecuali yang ini Rie,buku masak. Gampang nih, bikin ‘Nugget  Isi’ renyah diluar lembut di dalam. Hmmm…”,  Mei sok ngiklan. “Ah apa enaknya kalau aku gak dikasih, aku pura-pura cemberut.”.” Aku bikinin deh ntar..”. “Janji ya !”, sahutku cepat. “Hmmm…bisa ya bisa gak”, Goda mei. Kali ini aku benar-benar cemberut
“Rie, makan yu,  laper...”,wajah Mei kelaparan seolah udah mau makan orang. “ Ayuk..mau dimana Mei?”. “Di food court aja ya”, Aku pun ikut  aja. Maklum biasa nongkrong di warteg, sekarang di ‘food court’. Istilah ‘food court’ aja baru denger sekarang. Rie..rie.. cupu sekali sih dirimu. Ratapku sendiri. “Nah disini aja Rie, dipinggir aja. Jangan yang tengah-tengah, rame. “Oke Rie, aku beli minum dulu ya”. “Eits jangan Mei, aku aja..”, terlambat sudah. Mei sudah ngeloyor pergi, sebagai lelaki harga diriku tercabik. Tapi insting  anak kos ku bilang. “Rie..inget isi dompetmu tinggal berapa”. Akhirnya pun aku mengalah. “Nih.. Rie jangan khawatir Cuma minum aja koq. Untuk makannya.. “, Mei merogoh tasnya. “Ini…aku bikinkan sandwich untukmu Rie”, Mei mengeluarkan kotak bekal berisi penuh sandwich. “Untukku??”, aku kaget. “Iyaa..makanya aku malu kalau di tengah ntar kelihatan paling gak dipinggir kan aman”. Mei meringis. “Makasih banyak Mei…”. “Iya sama-sama kan kemarin kita beli mayo tuh, nah ini jadinya Rie, kasih daging asap..mayo.. salada…Woilaa ! ! jadi deh. Simple koq Rie”. “Iya.. walau simple juga, aku terharu nih…”, pasang wajah terharu. Sebenernya aku beneran terharu sih, dibikinin makanan..sama cewek oh my God,..betul-betul merasa jadi cowok yang paling beruntung di dunia..”Ayo RIe jangan malu-malu. Dimakan…aku pun menggigit sandwich dengan gigitan yang cukup besar”. “Gimana Rie enak gak? Belum selesai ku telan Mei sudah bertanya. “Kwenak Khelali Me…”, ngomongku belepotan karena penuh sandwich. “Hahaha, tawa Mei meledak. Kamu lucu…”. Aku setengah mati menelan, aku buru-buru minum takut tersedak. “Kamu sih..tanya sebelum aku selesai makan. Tapi enak beneran koq Mei”, jawabku tulus. “Apalagi yang bikin kamu..”, tapi aku hanya sanggup mengatakannya dalam hati. “Kamu ga makan Mei?”. “Makan lah Rie aku kan juga laper..”, Mei langsung melahap sandwichnya. “Syukurlah kamu suka Rie, besok aku bawain lagi yang lain, kalau kamu beruntung.hehe”, canda Mei.

“Eh sebentar Mei, kamu bilang kamu mau ngenet kan? Nih aku tadi dari kampus langsung ke sini, jadi bawa laptop”. “Waah, kamu bawa lepi”, Mei terlihat girang. “Ha Lepi?” Tanyaku bloon.” Iya Lepi Rie, nama gaul buat laptop” Mei terkekeh.” Boleh-boleh. Iya nih pakai aja”, aku langsung mengangsurkan laptop ku pada Mei. Kebetulan yang mengasyikkan,mumpung disini ada hotspot kan? Mei langsung menyalakan laptopku, selang sebentar tangannya lincah mengetik tuts keyboard. Sesekali dia minum dan memakan sandwichnya aku pun hanya bisa mencuri-curi pandang. Tuhan…kenapa semakin manis saja ini anak..apalagi kalau lagi serius. Lagi asyik melihat tiba-tiba dia melihatku. Aku tergagap dan segera memandang ke arah lain. “Liat apa Rie”, Mei tersenyum. “Ah ga..kamu kayanya serius banget.. “iya nih lumayan dapet banyak tapi aku ambil yang perlu-perlu aja. Makasih banyak ya Rie”, Lagi..senyum manis yang terkembang. Aku pun hanya tertunduk dan manggut-manggut . Hari itu aku merasa sangat bahagia..ke toko buku, makan sandwich “special” dan..dengan wanita yang sangat special…
Saturday, December 14, 2013 0 komentar

Love Beach ! Much ! - "Pelangi di Ujung Senja" - RIE


Debur ombak semakin terdengar keras, angin berhembus kuat, rambutku pun bergerak-gerak, seperti iklan sampo, si Mei tertawa cekikikan, “Kenapa Mei? aku sibuk menyibakkan rambut, “Kamu ganjen benerin rambut mulu”. “Ye namanya juga rambutku lemes..gerak-gerak terus jadinya.sembari kupandang si Mei sekilas, aku tidak berani memandangnya terlalu lama. Kulihat Mei duduk sambil mendekap kakinya, melepas pandangan jauh ke laut luas. Matanya nanar entah apa yang sedang dipikirkannya.
Tiba-tiba dia menjulurkan kakinya lurus “Eh Rie, kakiku besar lho, tuh lihat”, selorohnya tanpa canggung, padahal kaya gitu adalah hal yang tabu bagi cewek. “Iya ya besar, punyaku juga”. Aku tak mau kalah menjulurkan kaki. “Aku waktu smp aja udah 40 kakiku” “Sama Rie kakiku 40 sekarang, susah cari sepatu cewek yang pas” sembari dia goyang-goyangkan kedua kakinya. “Tapi aku sekarang 41 Mei naik 1.hehe” ‘Kita foto aja gimana? Kaki dua orang aneh !” “Boleh !” sahutnya antusias, jadilah foto kedua kaki kami itu. Mei cekikikan, “Aku pasang di Net ah” “Hei..hei, kalau jadi gossip gimana?” Aku pura-pura panik. “Biarin” mei masih terlihat sibuk dengan handphone-nya
Senja semakin redup, matahari semakin turun mendekati khatulistiwa. Cahaya kuning yang lembut memanjakan mata kami. “Bagus ya Mei..” “Iya, bagus.. sunset selalu bagus Rie, apalagi ditambah dihamparan lautan sperti ini, begitu sempurna” Mei sependapat. “Eh mei spertinya sudah waktunya pulang”, aku melongok jam tangan ku yang sudah menunjuk setengah 6, “Aku gak mau kamu kemalaman” Mei seperti malas beranjak, “Udah PW nih Rie” “Ayolah..nanti kamu dicariin ortumu..”, aku mendesak. Aku tahu Mei tipe anak rumahan, dia tak boleh keluar malam dan dan ini sudah mendekati malam ! apa dia akan “berubah” jika malam, pikirku ngaco. Dia memang tinggal bersama ortunya, tidak seperti aku yang kos, bisa terserah pulang jam berapa aja. Muka Mei manyun, “Oke deh”, dia beranjak malas-malasan. Ingin kurengkuh tangannya dan mengajaknya bangun. Tapi siapa aku batinku.
Aku sudah sampai duluan di sepeda motor dia masih terpaku dengan matahari yang mulai tenggelam. Dengan tatapannya yang sama, nanar dan menembus jauh ke horizon. “Mei..”, panggilku pelan, aku tak ingin memanggil paksa, iya Rie yuk pulang, sahutnya sambil tersenyum manis, dia berlari lari kecil ke arahku. Ingin ku peluk dia saat lari ke arahku. Ups pikiran aneh lagi muncul, Mei manis sekali, walau kadang aku melihat gurat wajah lelahnya. Tapi aku merasakan kenyamanan disampingnya, seperti saat ini dia duduk berboncengan naik sepeda motor, sudah sangat membuat hatiku membumbung. Bagaimana tidak, aku tak pernah berkencan seperti ini sebelumnya !Dia begitu meperhatikan apa yang aku katakan, begitu juga sebaliknya, aku memperhatikan apa yang dia katakan. Karena kami..saling tertarik begitulah adanya, pembicaraan kami mengalir seperti air.
“Nah, sekarang sudah sampai di parkiran”, kataku. Meman kita sebelumnya janjian di kampus Mei, jadi aku antar dia kembali kesana, “Eh sudah sampai ya, cepet sekali. Aku masih pengen maen Rie”, Mei merajuk. Sungguh tak biasa dia memang wanita yang mandiri tapi di depanku seolah sisi manjanya keluar semua. “Sebentar lagi maghrib Mei..”, sambil kuberi senyum manis yang sedikit aku paksakan. “Iya ya.hehe. dia meringis. “Sampai ketemu lagi ya.., Aku mau nunjukin semua ke kamu, biar kamu gak kuper” “Wuu, iya iya yang gaul…nanti kita sambung lagi ntar kasih tahu aja mau kemana lagi”, sahutku semangat. “Silahkan duluan Mei”, kali ini dengan senyum yang tak kupaksakan. “Iya Rie..”, dia membalas dengan senyum gigi kelincinya. “Assalamu’alaikum..”, “Wa’alaikumsalam…” senja semakin gelap, aku pulang dengan sejuta perasaan yang berkelebat. Senang..of course. Sedih ! kenapa cepet banget sih and..bingung, apa Mei punya perasaan yang sama..masih sibuk dengan pikiran di tengah kepadatan kota. Entahlah…
Friday, November 8, 2013 0 komentar

Korea Addict ! ! - "Pelangi di Ujung Senja" - RIE

Tomorrow, We Never Know. But Now We are Together
Sore itu aku hirup teh hangat, sambil meyelonjorkan kaki-kakiku. “Ah pegal sekali, seharian itu aku tulis laporan praktikum yang banyak itu”. “Bagaimana kabar Mei ya..” ah kenapa aku malah memikirkan Mei. “Spada..woe ngapain lu ! ! Nglamun? kesambet tahu rasa. Marse membuyarkan lamunanku, “Ah lu, bikin kaget aja”. “Haha, gw mau ngingetin aja cuuy, kalau film korea favorit kita sudah diputar”. Sudah bukan hal baru lagi kami para cowok menonton drama Korea plus infotainment. Dulu aku suka mengolok olok apa sih serunya nonton film korea, tetapi setelah melihat film korea, lama-lama kok bagus juga ya. Cerita simple tapi romantis dan kocak. Sial juga si Marse, membuatku ikut virus korea.

“Bill Tsung! !”, Marse suka memanggilku dengan nama tokoh utama di drama korea itu. “Kenapa Se? ku jawab dengan sedikit malas. “Lama-lama lu mirip juga dengan yang tokoh itu.haha”, Marse ngasal”. Mirip darimana, desisku. Emang sih tuh tokoh baik dan care, tapi kadang seenaknya. Secara bertolak belakang denganku yang kalem dan gak suka aneh-aneh. Semenjak itu, dipanggillah aku dengan panggilan itu, “Yeah..tak apalah, keren juga”, batinku.

Sore itu..kami kembali nangkring didepan tivi, woe this time for korea drama.haha. ampun deh kadang aku membatin gimana ini kalau ketahuan kaum hawa ya. Mau ditaruh dimana muka Marse, eh mukaku juga sih. Episode kali ini seru, si cewek sedang terlibat masalah pelik, dan sesenggukan di pojok ruang. Dengan sok cool si Bill, nyamper tu cew, nih..sambil ngasih sapu tangan. “Seet dah, tuh Rie, musti gitu ma cewek Rie”

“Iye-iye..” jawabku manyun, kalau masalah cewek aku kalah deh sama Marse, aku orang yang kalem suka salah tingkah kalo ngadepin cewek. Ah mimi lagi deh kepikiran, lagi ngapain ya dia. Bodo ah, aku sembari terus asyik melihat televisi, inilah salah satu kebahagiaan kami para penghuni kos, para bujang gondrong dan dekil. Nonton tivi bareng makan cemilan yang udah gak ketahuan lagi asal muasal maupun expired datenya. Mau dia “mlempem” sedikit tengik, hajar bleeeh. Yang penting berlabel “snack gratis” dan perut terisi. Sedikit nelangsa emang brooh.

“Hmmm.. keras banget ya Ni lanting”, ujar Luke (bukan di baca seperti orang-orang barat baca ye, tapi baca biasa aja L-U-K-E), satu sobat ogut ini bisa dibilang unik bin ajaib. Kocak abis dah, kerjaan senyum-senyum gak jelas cengengesan, dan..orang paling rajin mantengin barang yang namanya televisi. Bila televisi itu nyala bisa dipastiin pasti si Luke, yang mantengin sambil tiduran. “Ah bro, makan aja lah, lumayan walau keras tapi kan asin”, si Marse asal-asalan bales. “Iye Luke, mut aja sampe lunak, setelah itu kan enak tuh nelennya”, aku tambah ngaco komen juga. Iye..mulut luke masih penuh dengan ‘Lanting’, yang penting ngunyah. “Emang lu mamah biak”, sahutku cekikikan.

Diem-diem, udah mulai lagi nih, Marse kembali fokus pada drama korea setelah advertising yang “melelahkan” lewat. Kami kembali melihat kotak ajaib yang bernama tivi itu, eh ya guwe belum cerita masalah ini tivi. Ini tivi sumpah ajaib banget, jaman perjuangan bro, iye sih berwarna, tapi jadul, 14 inch dan entah apa mereknya, kite mah kalau gak ada merek paling nyebutnya “wasingseng”, agak rasis sih emang. You know what I mean? Tapi jangan ditanya ni jasa tivi buat kami, tempet “rapat” alias kumpul dan ngobrol ngalor ngidul. Tempet melepas lelah setelah seharian ngerjain tugas-tugas kuliah, tempat makan, tempet ngorok, kalu ketiduran di depan tivi, tempat maen kartu. Kalau ni tivi boleh masuk seven wonder, mungkin kami sudah sepakat jadiin ni tivi jadi yang kedelapan.

0 komentar

Coffee Village - " Pelangi di Ujung Senja" - RIE

Lepaskan Hatimu di Antara Hijaunya Dedaunan. Dan, Kau Akan Mengerti Artinya Ketenangan
Part 1 : Placing ! ! !

Kupaksakan tubuh kecilku menyeruak masuk kerumunan orang yang berdesak-desakkan di depan papan pengumuman. “Ega, liatin punyaku dong”, pekikku sambil terus berusaha berjinjit-jinjit diantara para bongsor. “Ie..bentar Rie, ini juga lagi dicariin” kepala Ega terlihat naik turun sedang melihat deretan tulisan yang panjang dan begitu banyak. “Eh kamu dapet Temanggung ! !, hahaha, Jauh amat Rie” antara senang dan mengejek “Ah masa?, aku penasaran dan semakin semangat untuk mendesak kerumunan itu. Begitu sampai di depam “Nih liat, dibilangin tidak percaya”, ega meringis. “Ah bodo amat mau dimana”, aku menjawab ketus. “Kamu dapet mana?”. “Kudus doong, dekeet”. “Ah gak seru, seruan Temanggung” Aku tak mau kalah.

Pagi itu aku sedang melihat pengumuman AMAS, abdi masyarakat. Yah semacam program yang kita masuk ke desa-desa untuk membuat pengembangan – pengembangan, bisa ekonomi, pendidikan, infrastruktur. macem-macem. Antara perasaan ribet, seru dan penasaran jadi satu. ah kaya apa ya disana. Kita dibagi dalam tiga kabupaten dimana setiap kabupaten terdiri banyak desa, maklum ini adalah hajatan wajib bagi setiap mahasiswa, ratusan mahasiswa harus di sebar ke semua desa-desa.

Part 2 : Aku??

Suara hiruk pikuk mahasiswa memenuhi seluruh ruangan, hari ini kita di aula yang sangat besar. deretan kursi terjajar rapi, sebagian besar sudah terisi mahasiswa-mahasiswa semester akhir yang siap mengikuti program ini. Ribut bersenda gurau dengan kiri kanannya. Aku sendirian celingukan di depan, teman-teman seangkatanku lebih banyak mendapat kabupaten yang berbeda dengan denganku. Sangat sedikit yang berada di kabupaten yang sama denganku. Itupun berbeda kecamatan, praktis pertemuan koordinasi ini aku benar-benar sendiri. Kutanya mahasiswa di sampingku, seorang cewek disampingku, yang bertubuh kecil, berambut ikal dan berkulit sawo matang tapi cukup manis. “Mbak dari jurusan apa?” tanyaku. “Oh saya dari jurusan manajemen mas”. “Oh..”, aku mengangguk pelan. Seantero fakultas campur aduk disini, sehingga banyak penampilan aku anggap “aneh”, maklum kami orang eksak, cenderung cuek dengan penampilan berbeda dengan anak-anak sosial yang modis. apalagi cewek-ceweknya. hmmm... Aku ingat memiliki teman di manajemen juga, guna menambah percakapan, aku pun bertanya lagi “Eh kenal Ida gak, juniornya mbak sih angkatan 2006”. “Ida?wah gak kenal tuh. Eh btw, namamu siapa?” jawabnya mulai terbuka. “Aku Rauzan, tapi panggil aku Rie aja”, “Oh salam kenal Rie, aku Dewi”. belum sempat kami bercakap-cakap lebih banyak. Pembimbing kami sudah memasuki ruangan, “Perhatian semuanya”, suara tegas dan jelas. Kamipun seketika senyap dan memperhatikan.

Perkenalkan saya Ardafi, dari fakultas Perikanan, saya akan menjadi pembimbing kalian semua selama program AMAS ini. Hari ini kami akan membagi kalian ke desa-desa yang ada didalam kecamatan. Jadi setiap desa memiliki tim sekitar 10 orang. Kita tentukan juga siapa koordinator-koordinatornya. Saya tawarkan, siapa yang sukarela menjadi koordinator kecamatan? Pak Ardafi menerawang ke seluruh ruangan. Seketika ruangan sedikit gaduh karena satu sama lain saling berbisik. Tenang anak-anak jangan saling tunjuk, maju, dan tunjukkan kalau kalian itu mahasiswa yang berani dan terdidik. Dari kerumunan muncul laki-laki berkacamata dan berkulit putih terlihat, terlihat cerdas, maju ke depan. Disusul pemuda berambut gondrong tinggi ikal, seperti anggota band metal batinku. kemudian pak ardafi menambahkan, saya harap ada wanitanya ya, karena kepengurusan juga terdiri sekertaris dan bendahara. Gadis berparas manis, berkulit putih dan berambut lurus pun ikut maju. Terakhir seorang cowok berambut klimis ala elvis presley maju ke depan. Nah saya rasa cukup, perkenalkan nama kalian masing-masing dan visi misi dalam program AMAS. Cowok kacamata mulai memperkenalkan diri, nama saya Rio, saya dari Jurusan mesin. Si Eksentrik, cowok gondrong menyambung, nama saya Yora dari Kelautan. Cewek manis yang paling bening di antara mereka semua. Nama saya Anggi suara lembutnya membius semua orang. setelah dengan semua celoteh visi misi masing-masing. akhirnya kita memilih satria. Soalnya bicaranya lantang dan meyakinkan, entah terlepas itu benar-benar atau tidak.

Tibalah pemilihan koordinator desa, nama-nama sudah terbagi dalam kelompok yang akan di bagikan ke desa-desa. Aku sudah sekelompok dengan 8 orang cowok dan 3 orang cewek, surprisenya aku bareng si eksentrik yora, Kemudian Rial dari bisnis, Henda dari geologi, Ito dari hukum, Dwi dari Sipil, Aldea dari lingkungan, satu orang spertinya sangat jenius Isyam dari Fisika. dan cewek-ceweknya ada Ida dari hukum, Avia dari Perikanan, dan Liz dari Industri.  

Monday, July 1, 2013 0 komentar

Sebuah Kata untuk Engkau Istriku, Detik-detik pernikahan


Hei kamu yang disana, walau lidah ini kelu untuk merajut rayu tapi jujur aku rindu padamu
Hei kamu yang disana, walau kadang senyum ini dingin membeku, tapi percayalah hangat hati ini hanya untukmu
Hei kamu yang ada disana, berlarilah cepat kepadaku, maaf sudah lama membuatmu menunggu
Hei kamu yang ada disana, jangan tergesa memelukku, setelah ini kita akan sejelas langit biru
Sekarang lepas lelah penantianmu, usap segala semua ragumu, aku berjanji akan selalu bersamamu.


Saturday, June 29, 2013 0 komentar

Awal - "Pelangi di Ujung Senja" - RIE

Moment Tertawa Walau Sementara, Dia Akan Tetap Terpatri Abadi di Dalam Hati
“Tulis tangan semua?!” pekikku dalam hati. “Gila, laporan berlembar-lembar dan semuanya ditulis tangan”, rutuk hatiku. Hari pertama membuat laporan praktikum. Tak kusangka tahap awal kuliah begitu berat. Belum lagi saat itu sedang puasa dan aku belum membawa kendaraan, bolak-balik kampus sejauh 3 kiloan aku tempuh dengan modal kaki, jalan kampus yang menanjak menambah penderitaan. Begadang..sedikit tidur sudah bukan barang baru lagi. Sama seperti malam ini walau linu di seluruh jariku. “Huft..aku harus bisa! !”, menyemangati diri sendiri. Lewat dini hari aku baringkan tubuhku, belum genap 3 jam aku kembali teruskan menulis, sembari menelan berat nasi-nasi yang kubeli di warung sebelah. aku beli dengan mata terkantuk-kantuk sama seperti mahasiswa lain yang membeli sahur, tak ada bedanya dengan aku, mengantuk berat dan kantung mata yang menggantung.

Langkah gontai lagi berjalan ke kampus, pagi yang seharusnya segar dan cerah ini tak bisa kunikmati. “Sungguh aku mengantuk berat ! !”,aku membatin. “Woi Rie, nape lu. hahaha. kantung mata lu gantung tuh kaya yang laen” Eza spontan mengomentari keadaanku yang babak belur. “Kamu juga Za” jawabku sekenanya sambil duduk bersila, melanjutkan tulisanku yang belum selesai. “Pay, udah kelar belum? aku bertanya pada temanku yang sepertinya senasib. “Belum kelar Rie, sumpah dah banyak banget. Semalem aku udah gak kuat, ketiduran”. jawabnya, sambil terus menulis “Duh waktu asistensi sebentar lagi ya” gumamku gusar. Aku tak perlu bertanya sama Eza dari duduknya yang santai aku sudah tahu kalau dia sudah selesai. “Mbatik apa nulis Lu” recok Eza. Eza yang anak jakarta, tak pernah lepas dari logat “Lo  Gwa” . Walaupun aku kurang suka dengan logat itu, tapi sebenarnya dia adalah anak yang baik. Dia adalah ketua kami di angkatan walaupun kadang tu anak kadang error. Tapi dia adalah ketua yang bertanggung jawab.

Saat ini aku memiliki teman kelompok Eri dan Asna, karena sama-sama baru pertama kali kami kelimpungan mengerjakan ini semua. Praktikum satu ini benar-benar berbeda dari waktu kami sekolah, bisa dibilang kami kaget. Kami berlangganan banyak point. Jangan di bayangkan sebagai point plus-plus yang bisa ditukarkan dengan hadiah. Ini adalah point pengurangan nilai. Entah karena mengumpulkan laporan telat, entah hal sepele seperti susunan laporan terbalik, hingga karena memecahkan peralatan lab, benar-benar “chaos”. Bila memecahkan alat sudah ganti dapet poin pula, sudah jatuh tertimpa tangga. “Rie aku bikin pembahasan, dan cari referensi ya. Kamu yang bikin perhitungannya”. “Oke Ri” jawabku kurang semangat. Eri yang paling banyak berkorban, dia asli kota ini, satu-satunya yang memiliki kendaraan di kelompok kami, jadi terpaksa dialah yang mengantar laporan ke asisten. Asna sebenarnya baik hanya saja dia seperti kurang sehat. Dia sering terlihat lemas. Aku enggan untuk bertanya lebih jauh dan membebaninya banyak pekerjaan, tidak enak hati.

Aku masih di kos ku yang lama, tak ada apapun,  selain hamparan sawah yang bisa dilihat dari loteng lantai dua. Tak bisa kusebut lantai dua sebetulnya. Karena tangga naik itu sama sekali memiliki pegangan. “Mas lagi ngapain”, aku menaiki tangga dengan hati-hati. “Biasa Rie, melamun dan melihat sawah” sambut mas Amam hangat. Aku suka dengan pribadi mas Amam yang sederhana dan bersahabat, kala itu hiburanku satu-satunya di tengah-tengah sibuknya laporan adalah memandangi hijaunya sawah, terkadang iseng memperhatikan kos cewek ada di seberangnya. “Wih mas, ada cewek” bisikku girang. Terlihat wanita yang berada disamping jendela, karena letaknya yang cukup jauh jadi tidak begitu terlihat. “Coba kita punya teropong yang mas, kita bisa mengintip dengan jelas. Hahaha” mas Amam pun ikut tertawa. “Kenapa kita punya pikiran yang sama ya Rie”, tawanya lepas.

Lambat laun kosku mulai ramai ada Arji, Takas ada Bone. Yang satu ini namanya Bone, asli NTT. Dia selalu berapi-api jika harus menceritakan kisahnya saat SMA “Aku itu Rie, yang pegang sekolah, aku disegani waktu itu”, Bisa jadi batinku. Walau sedikit kurus badanya terlihat beroto ditambah lagi wajahnya yang sangar itu. Waktu itu kami sedang ospek, praktis kami semua botak. Bone membuka dompetnya. “Nih aku tunjukkin fotoku”, Aku terbelalak, “Wah kaya rocker ! !” pekikku. Terlihat wajahnya keriting habis, gondrong terurai ke bawah. Dia kemudian menunjuk perutnya, ada bekas luka bergaris sekitar dua jari. “Ini dulu waktu dikeroyok dan aku sendrian. mereka sempat menggores perutku dengan pisau”, sumbar Bone. Entah benar atau tidaknya cerita itu aku pun hanya manggut-manggut. Tapi melihat semua bukti itu, aku hampir-hampir percaya dengan apa yang dia ceritakan.

Aku selalu bersemangat ke kamar Bone, karena dialah satu-satunya penghuni kos yang memiliki tivi, walaupun tivi itu berukuran kecil dan menggunakan antena dalam. Sesekali goyang dan bersemut.  tapi sudah menjadi surga yang tak terkira bagiku. Akhirnya setelah berminggu-minggu tanpa tivi, akhirnya aku melihat box yang berisi gambar bergerak itu. “Teknologi, akhirnya aku melihatmu ! !”, batinku riang. Aku akhirnya memang memutuskan pindah ke kos yang baru, tapi memang kos lama itu selalu meninggalkan kenangan. Kosku pertamaku, kos yang serasa membuatku di dunia lain, karena homesick berat. Entah dimana teman-temanku itu sekarang, aku merindukan kalian semua.



Friday, June 28, 2013 2 komentar

First Meeting - "Pelangi di Ujung Senja" - RIE


“Hei, boleh kenal?“ jemariku mengetik cepat. “Boleh...” sahutnya. “mm..kuliah atau kerja?” speak-speak standart ketika awal chatting. Saat itu memang merebak chating. Yah buat seru-seruan saja. Aku bosan dan butuh teman mengobrol entah siapapun dia. Sudah banyak yang aku ajak chat dan yang nyambung bisa di hitung jari. Tapi yang satu ini berbeda.. seseorang ber-nick Kimie dan aku menggunakan nama Kazuo, aku memang suka nama-nama Jepang, begitu juga dengan dia. Ternyata kita bisa sangat nyambung, entah apapun yang kita obrolkan. Kami satu universitas, hanya saja dia fakultas sosial dan aku eksakta.  Tahu sendiri  seperti apa perbedaannya, walau kita belum pernah bertemu, aku bisa menduga dia pasti anak yang gaul, sedangkan aku? hanya seorang yang kuper dan cupu. Saat itu aku masa bodoh dengan semua itu, selama kita bisa saling share apa saja, lagian kita tidak tahu satu sama lain. Tetapi dari sinilah semua berawal, sebuah kisah cinta yang indah..tapi sayang kami  ditakdirkan untuk tak bersama..
Sepulang kuliah dengan rasa letih, kubuka lagi aplikasi chat ku, kucari nama Keimi di daftar friend, “Ayoo, ol dong..” harapku.” Yess..! !, batinku berteriak. Ternyata dia online, ”Hei kemana saja, aku cari kamu !!, spontan aku berondong dia dengan kata-kata itu. “Benarkah kau mencariku, bukankah banyak yang lain” candanya. “Tahukah engkau itu sangat berbeda..”, tapi aku hanya membatin. Pembicaraan kami mengalir seperti air kami bicara apa saja dari tempat kuliah, kesukaan hingga cara masak. Ah entah kenapa kita ini nyambung sekali. Aku sebelumnya tak pernah berharap bertemu dengannya. Sudah cukup senang bagiku untuk bisa ngobrol dengannya setiap hari. “Bagaimana kalau kita bertemu” kataku suatu hari. “Yakin kita ketemuan? Aku jelek loh..hahaha” balasnya. “Aku tidak peduli, aku hanya ingin tahu kamu, kita bisa menjadi teman sebenarnya bukan?” desakku. Walaupun saat itu terlintas di kepalaku, "Ngeri juga anak sosial, jangan-jangan dia gaul pakaiannya modis atau bahkan seksi tinggi semampai, itu justru lebih malah masalah bagiku"
Dengan berbekal motor tuaku aku ke kota. Padahal aku jarang ke kota. Saat itu tempat kuliahku di pinggiran. Aku yang lebih suka diam di kos dan tak kemana-mana, akhirnya terpaksa nekat hari itu. Walau  dag-dig-dug namun sejuta rasa penasaran lebih kuat di hatiku, aku ingin tahu siapa Keimi ini. Dia mengaku nama aslinya Mei tapi aku tak percaya begitu saja. Kita berjanji bertemu salah satu  mal besar di kota. Namun di pagi itu kami sempat chat, dia bilang sedang tidak enak badan. Aku berinisiatif menelfonnya “Halo,Mei..” ,aku sama sekali tidak mengucapkan salam,karena belum tahu apakah dia seorang muslim sepertiku. ” Ya Rie..”, suaranya agak berat tapi keibuan, ini pertama kalinya aku menelepon. Hatiku berdesir kencang. “Mei..kalau misalnya kamu sakit pending dulu gapapa koq, biar kamu sembuh dulu” hatiku mengikhlaskan segalanya, walau hati ini seolah rindu ingin bertemu. Perasaan yang aneh padahal kita belum pernah bertemu. “Gapapa Rie aku sekalian beli mayonaise, lagian aku sudah janji padamu kan buat traktir kamu nasi goreng, kita jadi bertemu jadi bertemu jam satu ya Rie”, “Mmm..oke deh kalau begitu, aku siap-siap dulu, sampai bertemu nanti”, perasaanku bercampur antara bahagia dan khawatir, khawatir kalau dia memang sakit
Aku datang lebih awal aku tak ingin mengecewakannya, aku duduk di R-mart duduk seperti orang dungu, gelisah bukan main. HP SE ku berdering, Mei..saat kupandang layar kecil di HP ku, “Ya Mei?”, ”Rie aku sudah ditempat, kamu dimana? tanyanya tanpa basa-basi. “Aku di depan R-mart Mi, depan loket 28, kamu dimana? tanyaku.“Oke kamu disitu aja jangan kemana mana ya” dia menutup hp-nya. Aku kembali menunggu dengan gelisah, sebentar lagi aku tahu siapa Mei, desisku pada diri sendiri.
Setelah menunggu hampir 3 menit dia menelpon lagi “Rie..kamu yang duduk di bangku bukan? entah kenapa, spontan aku menoleh ke kiri. Kulihat gadis manis berkerudung, berkulit putih, dan menggunakan rok panjang. Aku tercekat..cantik sekali. aku sama sekali tak menduga dia secantik dan semanis itu..bahkan berkerudung, benar-benar tipeku. Dia memiringkan kepalanya sambil melihatku seolah memastikan, aku berjalan mendekat, “Mei?”, “Rie ya..” sahutnya ramah. Kita bersalaman cepat, semoga dia tak merasakan dinginnya tanganku. “Namamu beneran Mei? tanyaku. “Iyah Mei, sahutnya sambil tersenyum lucu, aku tahu dia setengah berbohong. Tapi senyumnya itu..sungguh manis sekali, dengan kerudung krem, rok panjang yang warnanya senada, dan jacket sweater. Duuh manis sekali, hampir-hampir selalu salah tingkah aku dibuatnya. “Beneran pakai rok?”, berusaha tertawa dan mencairkan suasana. Aku memang pernah bercanda dalam chat apakah dia menggunakan celana atau rok, bahkan sempat bilang pakai rok mini saja, mendengar rok mini aku bergidik. Setelah dia di depanku, lumer sudah semua prasangka. “Yee, katanya suruh pakai Rok. Eh, kita beli mayonaise dulu ya Rie". “Oke”, sahutku singkat. Aku masih membeku dengan gadis di sampingku ini, ditambah kostumku yang seadanya jaket armi dan jeans butut milik ayah, sangat kontras dengan kostumnya yang begitu anggun. Kuberanikan diri memulai pembicaraan lagi, “Mayonaise untuk siapa Mei? Untuk diriku sendiri Rie, aku suka mayo”, senyumnya mengembang diantara pipinya yang chubby, begitu menggemaskan, “ Ya Tuhan aku benar-benar tak menyangka, bertemu gadis semanis ini..”, hatiku masih mencerna antara kenyataan dan mimpi.
Setelah dia membayar. kami berjalan menuruni eskalator bersama,  “Kamu manis..”, aku ingin mengatakan itu tapi tercekat dan kata-kata itu tak keluar dari lidah. Otakku langsung berputar, oh iya, dia kan lagi tidak enak badan, “Kamu gak papa kan Mei? katanya sakit?. “Gapapa kok Rie, cuma kecapekan jadwal kuliahku padat”, memang kuperhatikan wajah gurat lelah disana. Kemudian mengajakku ke sebuah warung nasi goreng. “Sini tempat makan favoritku Rie, enak lho, dan banyak.hehe”, selorohnya sambil nyengir. Setelah kami mengambil tempat duduk di depan, tak lama nasi goreng datang. Sebenarnya nasi goreng itu begitu enak, hanya saja aku kesulitan untuk menelannya, bagaimana tidak, dia duduk didepanku, kita berhadap-hadapan dan tak jarang kita beradu pandang. Aku selalu kalah untuk hal yang satu ini. Aku mengalah, hanya menunduk dan bersusah payah menelan. Sedangkan dia, senyum-senyum sendiri melihat tingkahku yang super aneh ini.
“Eh Rie”, dia membuka obrolan lagi. “Semoga aku tidak diikuti temenku dia suka sok pengen tahu, coba lihat seberang, ada orang gak? tanyanya. “Gak ada kok”, sahutku. “Syukurlah.hehe”, aku masih belum mengerti saat itu, kalau memang diikutin, kurang kerjaan banget tu orang, batinku. “Aku habis ini ada kuliah Rie, seperti yang kamu tahu aku kuliah 2 tempat, satu ditempat kuliah kita ini dan satu lagi program D3 bahasa inggris, makanya aku suka anget badan kalo kecapekan, tapi gimana lagi,nanggung kalau bahasa inggris hanya kursus”, terangnya panjang lebar. Aku manggut-manggut, lebih banyak mendengarkan. Kuat juga ini cewek, terbersit kagum dihatiku, aku boro-boro, kuliah satu saja sudah setengah mati. Setelah selesai makan kita memutuskan pulang dia benar-benar menepati janjinya untuk mentraktir, walau aku inisiatif untuk membayar lebih dulu, tapi dia dengan cepat mencegah. “Hei bukankah aku sudah berjanji”, dia berkata tegas, oke akhirnya aku mengalah. Dia menuju motornya dan mengambil bingkisan. “Rie, ini ada roti, untukmu saja, aku tahu penderitaan anak kos.hehe”, tak bosan-bosannya dia mengejekku, huh seperti menang di atas angin bertemu cowok pemalu sepertiku. “ Oke Mei. thanks ya, hehe tau aja derita anak kos”, walaupun diejek aku sama sekali tak merasa risih, kita biasa saling ejek di chat, tapi untuk kali ini memang dia yang menang. Dunia nyata membuatku kelu untuk bisa banyak berkata di depannya. “Iya Rie makan aja, takutnya gak ada yang makan dirumah, lagian aku sudah kenyang”. “Duluan ya, assalamu’alaikum..”, “Wa’alaikumsalam..” akhirnya kita bisa bertukar salam saat itu “Makasih banyak ya Mi”, ucapku sambil tersenyum dan memandangnya sekilas. “Hati-hati..”,”Oke Rie, see you”
 Aku pulang dengan perasaan buncah luar biasa. Duduk di ruang tivi sambil ngobrol ke Marse,temen kosku. “Cantik sekali bos” kataku antusias.” Ya udah lah lanjut aja”, teman satu ini memang sering kuajak berbagi. “Iya semoga masih bisa bertemu lagi”, gumamku penuh harap. Setelah itu aku menuju kamar dengan sejuta rasa gembira, kuperiksa HP, wah ternyata ada sms dari dia. “Kamu cukup charming.. 90 lah..”. “hehe, kamu juga manis”, jawabku jujur.”Kamu gak bilang berkerudung ,dasaar, btw, makasih banyak buat hari ini ya Mei, rotinya..traktirannya...hehe, besok-besok gantian aku lo ya”, sms langsung balik kukirim. Tak lama HP ku kembali berdenting, “Kaget ya.hehe. iya sama-sama, santai aja, eh bagaimana kalau besok ketemu lagi, aku minggu depan ke Gramedia, mau cari buku nih, temenin ya” Hatiku senang bukan kepalang tak menyangka akan bertemu dengannya lagi. “Oke siaap, janji besok saling nunjukin KTP yah aku belum tahu nama aslimuu, kamu curang udah tahu nama asliku.hahaha”.”Kita lihat besok”, jawabnya usil
Saturday, June 22, 2013 0 komentar

Lampu Malam


Tatkala aku berjalan melihat lampu jalan, cahayanya menyeruak gelapnya malam, menerpa hingga ke dedaunan pohon sekitarnya, tiba-tiba ketenangan merasuk ke dalam hatiku, "Indah sekali...", hatiku bergumam. Lalu, kualihkan fokus pandanganku ke depan, berjajar lampu malam lain, membentang dalam satu garis lurus, laksana deretan bintang yang turun ke bumi. Subhanallah.....Ternyata tak perlu hal yang besar untuk membuat kita tenang, hanya cukup memperhatikan sekitar, lihat..dan rasakan....dengan ini..Hati.. 

Friday, June 14, 2013 0 komentar

Secarik Surat untuk Ayah

Ayah memang tak banyak bicara, tetapi siapa yang selalu menanyakan "Bayaran Sekolah" kita kepada ibu? bila kita menelepon beliau selalu berkata "nanti dikasih ibu saja rezekinya", ayah selalu mengalah untuk kita semua. Ketika pulang bekerja,aku tahu jutaan lelah mengantung di wajahnya, tetapi pernahkah ia mengeluh? beliau marah jika kita sakit karena makan sembarangan, tapi sangat tergopoh-gopoh membawa ke dokter, tidakkah kalian melihatnya? berjanjilah kepada diri ini, jadilah anak yang baik..hamba اَللّهَ yang baik..teman yang baik..ayah yang baik..suami yang baik..pekerja yang baik..karena seberapa besar balasan yang kita berikan tak kan mampu membayarnya, dengan menjadi orang yang baik, dan selalu mendoakan-Nya itu akan menjadi wujud syukur kita,dan menjadikan usaha keras beliau bermakna. Biarlah sisanya, DIA Yang Maha Besar yang membalas, Yang Mampu memberikan balasan yang terbaik
0 komentar

Sebuah Nasehat,Untuk Diri Ini

Apa yang kamu sombongkan? bila orang tersebut sombong, kamu balas dengan kesombongan yang lebih tinggi. Lantas apa bedanya kamu dengan dia. Wise (kebijakan) tidak bisa diraih dengan kesombongan, melainkan dengan hati yang tenang dan rendah hati. Orang hebat tidak perlu memamerkan kehebatannya, orang hebat tak banyak berkoar tetapi jelas amalannya. Karena dia sadar dibalik apa yang dimilikinya ada kewajiban yang harus ditunaikan, dia sadar apa yang dimilikinya bukanlah miliknya, karena dia sadar apa yang dimilikinya kelak akan dimintai pertanggung jawaban.
0 komentar

Sebuah Kata Sebuah Nama

"Ketika manusia hanya bisa memandang dengan apa yang dia lihat, begitu mudahnya ia menyalahkan sebuah keadaan. Menganggap ini akhir dari segalanya. Tapi bukan begitu adanya..selalu ada alasan di balik peristiwa. Ada Yang Memiliki pandangan yang lebih luas,lebih tajam dari pandangan sempit yang kita miliki. Karena DIA di tempat yang tertinggi, tak ada satupun di bumi ini yang terlewat oleh-NYA, berbaik sangkalah pada-NYA karena dunia ini memang tempatnya belajar dan memperbaiki diri. DIA ingin kita berubah menjadi baik dan mengerti" - Terinspirasi dari Perbincangan dengan seorang sahabat 
Wednesday, May 1, 2013 0 komentar

Aku Datang - "Pelangi di Ujung Senja - RIE



Sebuah sore nan cerah, aku sedang duduk menerawang, “Aku disini..”, desisku pelan. “Hei, jangan melamun saja Rie”, temanku memotong lamunanku. “Hahaha, biasa bos, masih belum percaya saja, kalau kita ada di sini”, reflek aku menjawab. “Yeah.. begitulah Rie, kita bukan anak ingusan lagi sekarang.hahaha”, tawa temanku tergelak. “Kuharap ini babak hidup kita ya De”, sambil melanjutkan lamunanku yang sempat tertunda.
Semarang, sebuah kota yang mungkin tidak pernah terlintas di kepalaku sebelumnya, hei aku hanya anak biasa, yang terbiasa di rumah, aku nyaman diam di rumah tidak melakukan apa-apa dan..menghabiskan banyak waktuku dengan membaca dan menonton TV ! !
Menyadari bahwa pilihan yang aku ambil ternyata cukup gila, “Gila” dalam ukuranku tentunya. Aku adalah anak pemalu, melihat keramaian saja sudah membuatku gusar. Sekarang aku harus menjalani hidup dengan mandiri, kuliah di kota orang, yah apapun itu walaupun tergolong dekat dengan rumahku sana. tetapi tetap saja aku merasa “Terdampar”
Hari pertama aku tinggal di tempat yang bernama “Kos”, teringat beberapa saat yang lalu perutku mual di aduk-aduk “Travel”. Huft..benar-benar menyiksa, aku memang mudah mabuk perjalanan. Untunglah perutku ini tidak sampai mengeluarkan isinya. Panas..itulah kesanku pertama di sini, seperti di permukaan planet Mars, yang merah merona. Ah..mungkin karena lagi musim kemarau, batinku. Pertama yang kulakukan adalah merebahkan badan di kasur kosku yang kecil ini. hmmm..nyaman, setelah melewati perjalanan yang melelahkan, kasur tipis ini pun terasa menyenangkan. Barang-barang kubiarkan berserakan. Nanti saja, pikirku. Sejenak aku pun terlelap.
Setelah bangun seperti orang ling-lung. Dimana aku ? Ah ya..ini bukan rumah, diriku tersadar. Sambil dengan langkah gontai menuju keluar. “De..” panggilku. “Cari makan yuk”. Oh ya, aku belum memperkenalkan temanku ini, namanya Defa, temanku satu SMA yang sama-sama kuliah di kota ini. “Makan apa ya?”, jawab De cepat. “Apa sajalah yang penting kenyang”, setengah sadar kupakai celana panjang dan segera kutarik De pergi “Aku sudah lapar”, De terpincang-pincang membetulkan celana yang belum terpakai benar “Sabar Ri”, gerutu De
Pikiranku kembali ke masa-masa awal ketika “Terdampar” di Kota ini, kota yang akan memberikan sejuta kenangan manis yang tak akan pernah aku lupakan. “Sore yang indah...”, seraya memandang kembali senja yang semakin temaram
 
;